Saat itu, si kakek memiliki kegemarannya yaitu memancing ikan di laut. Seperti biasanya pada hari sabtu, si kakek pergi memancing dan si nenek menunggu di rumahnya. Hari pun kian petang, namun di kakek tak kunjung pulang.
Hal itu membuat hati si nenek gelisah dan khawatir takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan menimpa si kakek. Nenek pun memutuskan untuk menelusurinya di sepanjang pantai, sambil memanggil-manggil kakek diantara deburan ombak.
Namun malang nasib sampai hari berganti malam si kakek tak kunjung ditemukan juga. Para penduduk pun yang membantu mencari kakek sudah putus asam dan pulang ke rumahnya masing-masing serta tinggal si nenek sendirian di tepi pantai.
Akhirnya dengan kesaktian yang dimilikinya, si nenek memohon kepada sang Ratu laut kidul, agar bisa ditemukannya dengan si aki.
Tak lama kemudian, menjelmalah di hadapan si nenek sebuah batu karang dalam keadaan mengambang sebagai perwujudan dari jasad si kakek.
Saat ini batu karang itu dinamakan dengan “Batu Bale Kambang”. Konon kabarnya kalau berdiri diatas batu tersebut akan terasa bergoyang.
Didorong oleh keinginan serta bukti cinta kasih kesetiaannya. Kemudian si nenek bersemedi kembali diatas batu karang, memohon kepada Nyi Roro Kidul, agar dirinya selalu di dekatkan dan dijelmakan seperti si kakek.
Di nenek pun akhirnya menjelma menjadi sebuah batu menghadap laut kearah batu bale kambang yang sekarang disebut “Batu Karang Nini”. Kisah kasih dari dua insan tersebut sampai kini masih kokoh terabadikan melalui dua batu karang yaitu Batu Karang Nini dan Batu Bale Kambang.