RADAR TEGAL - Tumenggung Martoloyo atau Adipati Martoloyo adalah adipati Tegal ketiga yang memimpin dari 1625-1678. Dia hidup di zaman Sultan Agung Haryokrokusumo hingga Amangkurat II.
Adipati Martoloyo merupakan anak dari Panembahan Senopati, raja pertama Kerajaan Mataram Islam. Sebagai seorang adipati, dia terkenal sebagai orang yang jujur, lugas, dan setia kepada rajanya.
Meski begitu, dia tidak segan-segan atau takut menentang kebijakan sang raja, apabila dianggapnya merugikan rakyat. Salah satunya yang Adipati Martoloyo tentang adalah kerjasama Amangkurat II dengan VOC.
Kerjasama yang Adipati Martoloyo tentang adalah ketika Amangkurat II meminta bantuan VOC untuk menghentikan pemberontakan Trunojoyo. Karena s etelah berhasil menaklukkan Trunojoyo, Amangkurat II harus memberi imbalan kepada VOC.
Yakni menyerahkan wilayah pesisir utara Jawa kepada VOC sebagai ganti rugi. Syarat perjanjian inilah yang dia tentang, karena imenurutnya VOC akan mendominasi dan menekan rakyat di pesisir Utara Jawa.
Utus Adipati Martopuro untuk menangkap Adipati Martoloyo
Penolakannya dilakukannya dengan menolak mengikuti pertemuan di Jepara tahun 1676, untuk mengesahkan perjanjian tersebut. Sikap ini membuat Amangkurat II murka dan mengutus Adipati Martopuro, penguasa Jepara saat itu.
Adipati Martopuro yang merupakan saudara perguruan Adipati Martoloyo, yang sama-sama belajar ilmu silat kepada Ki Ageng Pengging. Adipati Martopuro diperintah raja membawa kembali Adipati Martoloyo hidup atau mati.
Meski saudara seperguruan, Adipati Martopuro harus melaksanakan perintah dan kewajiban kepada raja, menangkap Adipati Martoloyo. Konon saat keduanya bertempur di tengah-tengah wilayah Tegal saat itu, mereka pun sama-sama meninggal dunia.
Pertempuran keduanya itu terjadi di sebuah pertigaan di tengah wilayah Tegal pada tahun 1678. Adipati Martoloyo berhasil menghunus keris Kiai Sepuh, demikain pula dengan Adipati Martopuro berhasil menghunuskan keris Kiai Kasurnya.
Makam Adipati Martoloyo dan Adipati Martopuro terletak di Desa Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Makam mereka berada di sebelah makam putra Adipati Martoloyo,Mangkunegoro II yang juga gugur saat melawan penjanjahan VOC.
Hingga kini kematian Adipati Martoloyo dan Adipati Martopuro menjadi lambang perlawanan terhadap VOC. Makam keduanya banyak dikunjungi peziarah, utamanya masyarakat tahu kisah perjuangan keduanya yang anti VOC.
Demikian informasi tentang sejarah kepemimpinan Adipati Martoloyo, yang tewas di tangan saudara seperguruannya karena menolak ikut bekerja sama dengan VOC.(*)