RADAR TEGAL - Jajanan tradisional khas Pemalang ini memang agak asing di telinga. Jirem merupakan jajanan tradisonal zaman dulu yang masih bertahan sampai sekarang.
Jajanan tradisional khas Pemalang ini hampir sama dengan rempeyek atau peyek. Tapi yang berbeda dengan rempeyek pada umumnya, Jirem punya ukuran dan cita rasa tersendiri.
Mempunyai nama yang unik, ternyata Jirem punya arti yang khas lho. Peyek ini merupakan jajanan yang diproduksi oleh masyarakat Pemalang.
Berbeda dengan peyek lainnya, Jirem dibuat dengan ukuran jumbo. Peyek ini dibuat oleh Ibu Retno, warga Rt/ 01 Rw/01 Desa Jebed Utara Kecamatan Taman.
BACA JUGA:5 Makanan Khas Pemalang yang Wajib Kamu Coba Saat Berkunjung ke Kota Grombyang Tersebut
Keunikan Jirem
Jirem yang sudah ada sejak 1960-an dan masih eksis, serta diteruskan oleh cucu sang penemu peyek Jirem yaitu Retno.
“Jirem merupakan akronim dari kata Siji Marem (satu bikin puas). Berbeda dengan peyek biasa berukuran kecil, peyek Jirem punya diameter hingga 20 Centimeter untuk satu buahnya,” kata Retno.
Ia bercerita, resep makanan jirem sudah lama. Bahkan, ketika Retno lahir 1973, peyek jirem sudah ada. Ide awal membuat peyek berukuran jumbo memang asli pemikiran sang nenek.
Ketika itu, neneknya ingin produk peyek yang beda dibanding produk yang ada di pasaran, akhirnya lahirlah peyek Jirem itu. JiRem merupakan akronim dari kata “siji marem” bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia yaitu “makan satu sudah merasa puas”.
Ditemui di rumahnya, Retno menjelaskan, usaha yang digeluti bersama keluarganya saat ini merupakan usaha turun-temurun yang sebelumnya sudah dikembangkan orang tuanya.
Untuk membuat piyek jirem, kata Retno dibutuhkan beberapa bahan, antara lain, kacang tanah, tepung beras, bawang putih, jahe, kencur, santan dan minyak. Setelah bahan lengkap harulah diolah.
Setelah bumbu bumbu tersebut dihaluskan, lalu campurkan dengan air, tepung beras, santan dan kacang tanah yang sebelumnya sudah dibersihkan.
Setelah tercampur rata barulah dilakukan penggorengan. Untuk penggorengan pertama tidak sampai kering karena harus ditiriskan atau di-alubi lebih dulu lebih kurang selama sehari.
setelah itu barulah peyek di goreng lagi sampai kering. Teknik itu dilakukan agar setelah di goreng kering, peyek tidak berubah berwarna.
Untuk memasarkan peyek buatannya, selain di rumahnya sendiri, Retno juga memasarkan peyek Jiremnya lewat Gerai PKK Kabupaten Pemalang. Dirinya juga menambahkan, jika ingin membeli jajanan ini bisa cas on delevery atau COD.