Lawan-lawan politik Anies Baswedan saat ini mulai memainkan pola-pola pembusukan kepada Gubernur DKI Jakarta itu seperti yang dilakukan pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu. Pernyataan itu diungkapkan anggota Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) DKI Jakarta, Tatak Ujiyati.
Antara lain munculnya sekelompok orang yang mengatasnamakan Front Persaudaraan Islam (FPI) Reborn menggelar deklarasi dukungan untuk Anies Baswedan sebagai calon presiden. FPI ini disebut palsu dan ada dugaan peserta aksi bayaran.
Berselang 2 hari, muncul deklarasi yang sama di Hotel Bidakara Jakarta. Kelompok ini mengatas namakan eks anggota FPI, eks HTI hingga eks Napi Terorisme.
Bahkan dalam deklarasi ini ada sosok pendukung Jokowi yang diduga terlibat sebagai panitia. Deklarasi ini sempat ricuh karena adanya bendera Tauhid yang mirip bendera HTI dipasang di lokasi.
Menurut Tatak Ujiyati, dua deklarasi itu merupakan pola-pola serangan kepada Anies. Kata dia, itu merupakan pola lama yang sengaja dimunculkan kembali untuk menakuti warga dengan isu radikalisme.
"Strategi 2017 hendak mereka ulangi dengan menuduh Anies didukung kelompok radikal, menakuti warga Jakarta bakal kacau seperti Suriah jika Anies memimpin. Nyatanya, hampir 5 tahun Anies memimpin 4 tahun berturut-turut jadi provinsi paling demokratis," ujar Ujiyati.
Tatak Ujiyati membeberkan, salah satu influencer yang menakuti warga dengan isu radikalisme jika Anies jadi Gubernur DKI Jakarta, adalah Denny Siregar.
Melalui blog pribadinya, salah satu tulisan Denny Siregar berjudul: Ngerinya jika Anies-Sandi menang pilkada. "Tahun 2017 Denny Siregar menakuti warga Jakarta akan jadi Suriah jika Anies terpilih," kata Ujiyati.
"Tahun 2021 ramalan Densi tak terbukti. Malahan Jakatta dinobatkan sebagai kota paling demokratis menurut Indeks Demokrasi-BPS 4 tahun berturut-turut semenjak Anies memimpin," tutur Ujiyati. (fin/zul)