Maka dokter Lois ke rumah itu. Tinggal di situ. Ditemani Hasan. Di kamar sebelah kamar pasien.
Lois pun memberikan pengobatan. Ini obat yang diberikan: norit 3x5 tablet, VCO 1 sendok makan, atau minyak zaitun asli 2 sendok makan. Lalu curcuma FCT 3x2 tablet, KSR600 2X1 dan NEUROBION FORTE 2X1 untuk pagi dan malam. Menjelang tidur ditambah Fluimucil 2 kapsul.
Tiga hari Lois tinggal di rumah itu bersama suami. Sang ibu semakin sehat. Dalam seminggu pulih.
"Sampai sekarang masih sehat?" tanya saya.
"Masih. Kami berhubungan baik dengan keluarga beliau," ujar Hasan.
Di rumah itu Lois minta agar seisi rumah untuk tidak pakai masker.
Lois pernah ingin memperjuangkan prinsipnyi itu ke berbagai instansi kesehatan.
Suatu hari Louis ingin menemui Jenderal Doni Monardo, penanggung jawab Covid kala itu. Lois datang ke kantor Doni yang dijaga ketat dengan protokol kesehatan paling baik. Lois datang tidak pakai masker. Petugas mengharuskan dia pakai masker.
Lois berdebat di situ. Akhirnya tidak bisa bertemu Doni Monardo. Dia pulang. Tetap tidak bermasker.
Anda pun masih ingat: dokter Lois akhirnya ditahan polisi. Lalu dilepaskan, setelah meminta maaf. Sejak itu nama Lois seperti lenyap dari peredaran.
Tiba-tiba Senin lalu Harian Disway memberitakan dokter Lois meninggal dunia. "Tekanan untuk Lois luar biasa. Dia down sekali," ujar Hasan. "Rasanya itu yang membuat dia kena kanker," tambahnya.
Sampai Selasa sore belum dimakamkan. Masih menunggu kedatangan Hasan. Juga menunggu kakak Lois yang di Jakarta. Hasan menyerahkan sepenuhnya pada keluarga Lois untuk urusan pemakaman. Pun kalau itu harus secara Kristen. Tentu kali ini dengan masker di seluruh tubuhnya. (*)