Keluarga Ridwan Kamil sudah ikhlas dengan apa yang menimpa Emmeril Kahn Mumtadz. Kewajiban untuk mendoakan dan mensalatkan secara gaib pun dilakukan keluarga dan sejumlah pihak lainnya.
Meski demikian, ikhtiar untuk menemukan Emmeril tetap dilakukan dalam bentuk apapun. Termasuk, melalui doa yang dikirimkan masyarakat, baik yang kenal maupun tidak.
“Jadi kesimpulannya, walaupun sudah dilakuukan seperti ini (salat gaib), proses ikhtiar pencarian akan dilakukan sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Makanya harapan kami ini kalau bapak-ibu ada keikhlasan, kalau masih ingat teruslah berdoa sampai akhirnya afdol lah,” ujar Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Senin (6/6).
Lebih lanjut, Emil mengungkapkan, harus pulang ke Indonesia di saat pencarian Eril merupakan hal yang sangat memberatkan baginya dan keluarga. Di satu sisi, dia merupakan sosok ayah yang dibutuhkan anaknya.
Namun, di sisi lain Ridwan Kamil merupakan gubernur Jawa Barat yang harus bekerja untuk 50 juta warga.
“Ya tentunya butuh keputusan-keputusan. Tetapi itulah ujian, dan mungkin ini level ujiannya beda. Makanya saya tidak minta doa untuk urusan hidup saya, tetapi saya selalu minta dikuatkan punggung saya karena pasti akan mendapati ujian yang sulit,” terangnya.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melakukan pengajian keluarga di Gedung Pakuan, Jalan Cicendo, pada akhir pekan kemarin.
Di sela-sela pengajian, Ridwan Kamil menjelaskan kemungkinan penyebab anak sulungnya Emmeril Kahn Mumtadz hanyut dan tenggelam di Sungai Aare, Kota Bern, Swiss.
Pria yang karib disapa Kang Emil itu menuturkan, perjalanan Emmeril atau Eril bersama keluarganya ke Swiss dalam rangka mencari ilmu, melanjutkan studi magisternya di Swiss.
Namun, dalam perjalanannya, Eril harus meninggalkan Ridwan Kamil dan keluarga. Ridwan Kamil menduga, pada saat kejadian Eril mengalami keram.
Logika ini dimungkinkan, karena Eril sebenarnya memiliki tubuh yang lebih tinggi dari dirinya dan memiliki keahlian berenang yang baik.
“Usia sedang bagus-bagusnya, hobi berenang, dan ada lisensi menyelam. Makanya secara logika seharusnya aman-aman saja. Tetapi inilah namanya musibah, dan setiap musibah kami harus menyampaikan Innalillahi wa Innaillahi rajiun,” kata Ridwan Kamil dalam rekaman video.
Emil mengatakan, sejak tiba di Swiss setelah mendapatkan informasi Emmeril hanyut, dirinya ikut serta melakukan pencarian dengan menyisir sungai.
Katanya, selama tujuh hari, dia berjalan sejauh lima hingga delapan kilometer, berharap bisa menemukan putra sulungnya itu.
Di Swiss, hukum pencarian orang hilang selama tujuh hari secara intensif. Kemudian pencarian masuk status rutin, di mana hanya dilakukan pengecekan biasa.