Pawai bendera Israel digelar sejumlah pemuda Israel di dekat Bab Al Amud, bagian lama Kota Al Quds. Para pemuda itu mengibarkan bendera-bendera Israel sambil meneriakan “mampus Arab” hingga menghina Nabi Muhammad SAW.
Para Zionis itu sambil tertawa dan menari meneriakan kata-kata bernada rasis dan penghinaan yang ditujukan untuk Nabi Muhammad SAW. Sebelum melakukan aksinya, para pemuda Israel melakukan parade, Minggu (29/5), dengan menjadikan Masjid Al Aqsa sebagai arena bentrokan serta penyerbuan pemukim Zionis ke kawasan masjid yang disucikan umat Islam itu.
Slogan-slogan rasis dan penyerangan fisik terhadap warga Palestina dalam pawai bendera, ungkap delegasi Uni Eropa di Al Quds, sangat biadab dan mengerikan. Utamanya, karena disertai dengan penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW.
Penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW oleh pemukim Zionis saat pawai bendera itu langsung dikecam Kementerian Luar Negeri Pemerintah Otorita Ramallah Palestina. Mereka menyebut Kabinet Israel pimpinan Perdana Menteri Naftali Bennett harus bertanggung jawab atas umpatan yang dibangun dalam pawai tersebut.
Sebelumnya dengan memegang bendera Zionis dan menggelar pawai bendera, ribuan pemukim Zionis berbaris ke lingkungan Bab al-Amoud di bagian lama Al Quds sejak Minggu (29/5) malam. Aksi mereka itu tampak mendapat dukungan tentara Israel.
Bahkan tentara rezim Zionis mengubah Al Quds menjadi barak militer, hingga mengakibatkan bentrok dengan warga Palestina di Jalan Salah al-Din dan lingkungan Bab al-Amoud. Dalam bentrokan ini sedikitnya 24 warga Palestina terluka.
Terpisah Uskup Agung Kristen Ortodoks di Al Quds, Atallah Hanna mengatakan, apa yang terjadi di Al Quds adalah kejahatan keji terhadap orang-orang Palestina dan kota ini. Apalagi menghina Nabi Muhammad SAW.
“Para penjajah mencoba untuk mengklaim melalui pawai bahwa Quds adalah sebuah Kota Yahudi, benar-benar biadab,” tegasnya.
Hana menunjukkan bahwa Quds telah menjadi pusat penjajah untuk melindungi para pemukim Zionis. “Tidak peduli seberapa keras rezim pendudukan dan zionis mencoba melakukannya, tapi Al Quds akan tetap menjadi Kota Arab dan Palestina," tegas Uskup Agung Hanna.
Tokoh Kristen ortodoks Palestina itu menegaskan bahwa tanggung jawab membela Quds bukan semata-mata tanggung jawab rakyat Al Quds dan warga Palestina lainnya, tapi tanggung jawab seluruh bangsa Arab.
“Kami akan tinggal di Quds dan mereka tidak akan dapat merusak identitas kami dan keaslian akar Muslim dan Kristen kami, meskipun peluru dan gas air mata ditembakkan," paparnya.
Kelompok perlawanan Palestina telah berulang kali memperingatkan rezim Zionis tentang konsekuensi dari pawai bendera di Quds yang diduduki.
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan Zaid Mohammed Ghanim, seorang remaja Palestina berusia 14 tahun, Jumat (27/5) lalu, gugur ditembak oleh tentara rezim Zionis.
Insiden gugurnya remaja Palestina ini terjadi selama bentrokan yang tidak seimbang antara tentara rezim Zionis dengan orang-orang Palestina dengan tangan kosong di daerah selatan Bethlehem.
Media berbahasa Ibrani melaporkan terjadinya peningkatan kekhawatiran keamanan di Tel Aviv atas penyelenggaraan pawai bendera yang dilakukannya.