Publik Tanah Air masih terkejut dengan ditolaknya Ustaz Abdul Somad (UAS) masuk di Singapura oleh otoritas setempat. Apalagi, penolakan itu lantaran UAS kerap menyinggung agama lain dalam ceramahnya.
Pihak Singapura memandang UAS sebagai penceramah ekstrem. Jika dirunut ke belakang, ternyata bukan hanya UAS yang mengalami tindakan tidak mengenakan ditolak masuk ke Singapura.
Empat tahun lalu atau sekitar 2018, seorang pendeta asal Amerika Serikat juga dilarang masuk Singapura. Pendeta tersebut bernama Lou Engle.
Dia ditolak berkhotbah di Singapura sejak saat hingga tahun-tahun akan datang. Penyebabnya, sang pendeta menyinggung agama Islam dalam sebuah khotbahnya di Singapura pada Maret 2018.
Dia kemudian dilarang masuk Singapura untuk berkhotbah lagi oleh oleh Kementerian Dalam Negeri (MHA).
Tak sampai di situ, MHA bekerjasama dengan polisi, Kejaksaan Agung, telah mengeluarkan peringatan keras kepada para pendeta Singapura yang telah terlibat dalam mengundang Lou Engle.
Untuk diketahui, penceramah asing yang ingin berkhotbah di Singapura harus memiliki Miscellaneous Work Pass (MWP) yang diajukan atas namanya oleh sponsor. Insiden itu membuat pimpinan gereja di Singapura meminta maaf atas ucapan Lou Engle.
"Kami sangat menyesal bahwa pernyataannya telah menjadi penyebab penderitaan dan kesalahpahaman yang cukup besar, khususnya di kalangan komunitas Muslim,'' kata pendeta senior Pendeta Yang Tuck Yoong pada pertemuan dengan para pemimpin komunitas Muslim.
Pendeta berjanji bahwa gereja tidak akan mengundang Engle kembali ke Singapura lagi dan akan melakukan segala cara untuk memastikan bahwa kejadian serupa tidak akan terjadi.
Engle adalah salah satu pendiri TheCall, sebuah program yang terkenal sebagai tuan rumah demonstrasi keagamaan selama 12 jam yang telah menarik ribuan pengikut. (fin/zul)