Murtede alias Amaq Sinta (34), korban begal yang sempat menjadi tersangka dan ditahan, akhirnya dibebaskan. Dia pun menceritakan detik-detik peristiwa pembegalan itu.
Agak di luar nalar memang, karena hanya bermodalkan pisau kecil, pria berperawakan kecil itu memilih bertahan meladeni empat orang begal yang menggunakan parang.
Bahkan, dua orang begal berhasil dibunuh saat dia mempertahankan sepeda motornya. Sementara dua orang lainnya lari, ketakutan melihat dua kawannya roboh di tangan korbannya.
Setelah sempat ditahan, Amaq Sinta akhirnya bisa berkumpul kembali dengan keluarganya di Dusun Matek Maling, Desa Ganti, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Allhamdulilah saya merasa senang sekali bisa bebas dan berkumpul lagi bersama keluarga," kata dia, saat ditemui di rumahnya di Praya Timur.
Amaq Sinta merupakan korban begal yang ditahan polisi dan ditetapkan menjadi tersangka, karena membunuh dua begal dan melukai dua begal yang lain. Ia dibegal empat orang saat mengendarai sepeda motornya di jalan Desa Ganti untuk menghantarkan makanan buat ibunya, di Lombok Timur, Minggu (10/4) malam.
Dibegal empat orang begitu, dia tidak melarikan diri melainkan membela diri dan bertarung dengan mereka. "Saya melakukan itu, karena dalam keadaan terpaksa. Diadang dan diserang dengan senjata tajam, mau tidak mau harus kita melawan. Sehingga seharusnya tidak dipenjara, kalau saya mati siapa yang akan bertanggung jawab," katanya.
Ia dan istrinya, Mariana (32), serta keluarganya bekerja menjadi petani setiap hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, dia juga hanya merupakan warga biasa, karena tidak pernah sekolah.
"Saya kerja sebagai petani," katanya.
Ia menceritakan kejadian itu, ketika akan pergi ke Lombok Timur untuk menghantarkan makanan buat ibunya. Sesampainya di TKP, dia dihadang dan diserang para pelaku menggunakan senjata tajam.
Amaq Sinta melawan para pelaku dengan sebilah pisau kecil yang dia bawa sambil teriak meminta tolong, namun tidak ada warga yang datang. Dalam kejadian itu, dua pelaku tewas setelah bersimbah darah.
Sedangkan dua pelaku lain melarikan diri, setelah dua kawannya tumbang di tempat. "Setelah itu saya pergi ke rumah keluarga untuk menenangkan diri," katanya.
Akibat kejadian itu, Amaq Sinta yang memiliki dua orang anak itu badannya terasa sakit, akibat terkena senjata tajam dari para pelaku. Tidak ada anggota badannya yang terluka.
"Saya tidak ada kepandaian dan tidak memiliki ilmu kebal. Tapi ini memang saya dilindungi Tuhan," akunya.
Pasca ditahan dan ditetapkan menjadi tersangka oleh Polres Lombok Tengah, dia dan keluarganya terguncang dan tidak bisa tidur. Mereka memikirkan kasus yang menimpanya.