Kabar tidak menyenangkan selalu datang dari negara yang tengah berperang. Salah satu kisah menyedihkan ini datang dari suami dari Alexandra.
Alexandra adalah salah satu dari kerumunan orang yang diam-diam mengantre di Mariupol untuk menerima paket bantuan.
Suaminya mati kelaparan saat Kota Mariupol yang ditinggalinya telah dikepung tentara Rusia.
Wanita ini dan suaminya adalah penduduk kota itu. Dikatakannya, suaminya akan bisa bertahan hidup lebih lama jika bantuan kemanusiaan tiba lebih cepat.
Sayangnya, bantuan itu baru datang pada Kamis, 24 Maret 2022.
Karena menderita diabetes, dia mengalami koma dan meninggal. Dia dimakamkan di sepetak lahan tanaman bunga.
Kota pelabuhan wilayah tenggara itu telah menjadi titik fokus perang yang berkecamuk di Ukraina.
Di bawah pemboman besar-besaran oleh pasukan Rusia, kota itu telah menjadi gurun, warganya berlindung di ruang bawah tanah dengan sedikit makanan dan air.
Pasukan Rusia telah merebut beberapa bagian kota, menurut pejabat Ukraina.
Di depan tempat yang semula pusat perbelanjaan, penduduk menunggu dengan sabar untuk mendapat jatah kotak bantuan, yang bertuliskan "Z" yang disebut Rusia sebagai "operasi khusus".
Ratusan orang dari segala usia, mengenakan mantel dan topi melawan dingin, muncul dari reruntuhan menuju antrean.
Di satu tempat, mereka mengisi daya ponsel mereka di meja luar yang menyediakan deretan colokan.
"Hidup di kota ini sulit sekarang, kami tidak punya apartemen--itu terbakar habis," kata Alexandra.
Kerabat suaminya di Rusia belum tahu dia telah meninggal.
Pendeta telah menyelenggarakan kebaktian untuknya sehari sebelumnya dan Alexandra ingin memastikan sang suami dimakamkan dengan layak dan memiliki sertifikat kematian.