Guru penggerak merupakan salah satu program terpenting di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Hal itu ditegaskan Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim.
Program ini bertujuan untuk melahirkan pemimpin-pemimpin terbaik di bidang pendidikan. Baru-baru ini, Nadiem juga telah berdialog dengan 41 Calon Guru Penggerak se-Kota Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara).
“Melalui program ini, kita (pemerintah) tidak hanya ingin menjadikan mereka guru-guru yang hebat, tetapi yang lebih penting lagi adalah menjadikan mereka pemimpin perubahan terbaik,” kata Nadiem, Jumat (11/3).
Nadiem mengatakan transformasi merdeka belajar yang diterbitkan untuk mengubah sistem pendidikan, tidak mungkin bisa dilakukan oleh pemerintah pusat atau pun daerah saja. Satu-satunya pihak yang bisa melakukan perubahan adalah kepala sekolah dan guru di dalam area pendidikan.
“Unitnya sekolah. Pemerintah hanya memfasilitasi. Kita bisa memberi amunisi, melepas rantai-rantai yang mengekang, dan membantu. Tapi yang berjuang di lapangan adalah guru dan kepala sekolah,” jelasnya.
Karenanya, semua guru penggerak di seluruh Indonesia ke depannya akan diprioritaskan menjadi kepala sekolah yang hebat. Hal tersebut sudah ditetapkan dalam Peraturan Mendikbudristek Nomor 40 Tahun 2021 Tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah.
“Guru penggerak tidak akan berdampak besar kalau lulusan-lulusan program ini tidak segera dijadikan kepala sekolah. Karena itulah kuncinya perubahan yang kita cita-citakan bersama ini akan tercapai,” imbuhnya.
Selain itu, melalui program ini, Kemendikbudristek ingin mencari guru yang benar-benar memiliki keberpihakan terhadap murid. Guru penggerak akan melakukan apapun untuk kebaikan murid.
“Saya mencari orang-orang yang tidak memprioritaskan administrasi. Justru, yang perlu dipikirkan adalah apa yang terbaik untuk murid,” pungkasnya.(jpc/zul)