Meski pemerintah sudah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk minyak goreng dengan harga jual Rp14.000 per liter, di lapangan masyarakat masih kesulitan mendapatkannya.
Salah seorang pedagang minyak goreng, Lilis, mengaku hanya menerima dua dus pasokan minyak goreng di toko tempatnya berjualan setiap minggunya.
"Itu minyak goreng sejam juga habis, karena dari distributor hanya dijatah dua dus. Satu dus isi 12 kemasan satu liter dan 6 kemasan isi 2 liter," ungkap Lilis.
Terkadang, Lilis juga kerap mendapat ocehan dari pelanggannya yang sudah kehabisan stok minyak goreng.
"Pelanggan saya pada jengkel, katanya saya engga mau sisihkan buat dia. Padahal stoknya sedikit," pungkasnya.
Kelangkaan minyak goreng dengan harga seperti ditetapkan pemerintah, masih terjadi di wilayah Tangerang Selatan, Banten dan beberapa wilayah lainnya.
Kelangkaan ini, dikeluhkan ibu rumah tangga (IRT) yang terpaksa membeli minyak goreng dengan harga yang tinggi agar bisa memenuhi kebetuhan sehari-harinya.
Salah satunya diungkapkan Asri (48) warga Lengkong, Serpong, Tangsel. Dia mengaku terpaksa membeli minyak goreng di warung kelontong dengan harga tinggi per liternya.
"Susah sekarang cari minyak goreng murah. Mau enggak mau, beli di toko eceran harganya Rp 20.000 per liter, lumayan juga kalo harganya segitu," kata Asri dikutip Kantor Berita RMOLBanten, Jumat (18/2).
Asri hanya berharap, harga minyak goreng di toko ritel maupun yang di toko eceran bisa menyesuaikan harga eceran tertinggi (HET) yakni seharga Rp 14.000.
"Masa di toko kelontong harganya tinggi, apa mungkin dia langsung matok harga mahal. Ya semoga pemerintah bisa bertindak menyesuaikan harga minyak goreng," ujarnya.
Senada dengan Asri, Lisa (30), warga Pamulang juga kesulitan mencari minyak goreng. Bahkan, minyak goreng tidak dia dapat ti toko ritel modern.
"Saya keliling toko ritel sama sekali enggak dapet. Dari pada enggak dapat sama sekali, ya beli di toko kelontong yang masih jual. Walaupun harganya Rp40.000 untuk dua liter," tutur Lisa dikutip dari RMOL. (Rtc/ima)