Kendati gejala yang ditimbulkan Covid-19 varian Omicron lebih ringan, masyarakat diminta tetap mewaspadainya. Apalagi, penularannya sangat cepat.
Permintaan itu disampaikan Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Sonny B Harmadi. “Tidak hanya dari droplet (percikan air liur), juga dari aerosol atau uap pernapasan,” jelas Sonny saat diskusi virtual bersama ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), kemarin.
Menurutnya, ada standar ukuran menjaga jarak supaya bisa mencegah penularan virusnya. Jarak minimal adalah 2 meter.
Angka tersebut berdasarkan riset dan penelitian yang sudah dianjurkan World Health Organization (WHO). Jika seorang positif Covid-19 lalu dia berbicara, batuk ataupun bernapas, aerosol yang keluar bisa menjangkau radius sampai lebih dari 1 meter, mendekati 2 meter.
“Itulah sebabnya kita harus selalu meminta masyarakat menjaga jarak,” imbuhnya.
Sementara jika sesorang itu bersin, tanpa mengenakan masker, aerosol yang mengandung virus bisa terbang hingga lebih dari 2 meter. “Jaraknya bisa sampai 6 meter,” tutur Sonny.
Karena itu, penting menerapkan protokol kesehatan (prokes) lengkap. Yakni, memakai masker, sering mencuci tangan, dan menjaga jarak.
“Strategi pertama dan utama adalah mencegah jangan sampai virusnya masuk ke tubuh. Supaya virus tidak masuk ke dalam tubuh, penting menjalankan prokes,” ujar Sonny seperti yang dikutip dari Rakyat Merdeka.
Penerapan prokes, juga harus konsisten. Dalam beberapa momen, orang kerap mengendorkannya. Misalnya, saat makan bersama, yang disertai ngobrol. Padahal, pada momen itu, kemungkinan virus masuk ke tubuh sangat besar.
“Kita kadang khilaf dan lalai. Maka di dalam diri diperlukan pertahanan yang dibentuk oleh vaksin. Makanya yang belum vaksinasi, perlu melakukannya,” ajak Sonny.
Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mendukung upaya Satgas Covid-19 terus mensosialisasikan pentingnya prokes 3M.
Selain menjaga jarak, publik jangan anggap sepele mencuci tangan. Soalnya, varian Omicron ini dapat bertahan lebih lama pada sebuah sebuah lingkungan dan dapat menular lebih cepat dibandingkan dengan varian Delta.
“Untuk transmisi yang sering muncul mekanisme penularannya selain udara ada fomite transmission. Ini menjadi kerap terjadi pada varian Omicron,” kata Dicky. (jar/rm/zul)