Di tengah-tengah kontroversi Arteria Dahlan yang menyoal penggunaan bahasa sunda, ternyata karya berbahasa sunda malah moncer di Luar Negeri. Ya, Film berbahasa Sunda Before, Now & Then (Nana) akan ditayangkan di 72nd Berlin International Film Festival.
Bahkan fil karya sutradara Kamila Andini dan produser Ifa Isfansyah dan Gita Fara itu terseleksi untuk tayang perdana di program kompetisi utama salah satu festival film bergengsi di dunia tersebut.
Film yang diperankan oleh Happy Salma, Laura Basuki, dan Ibnu Jamil itu berlatar tahun 1960 mengangkat kisah hidup Raden Nana Sunani yang di adaptasi dari penggalan novel 'Jais Darga Namaku' karya Ahda Imran.
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menyampaikan rasa bangganya atas capaian itu. Apalagi Pemprov Jabar turut mendukung dalam produksi film tersebut.
"Ini ada peristiwa bersejarah. Ada film Indonesia finalis festival film Berlin dan pertama kali berbahasa daerah yaitu berbahasa Sunda," kata Ridwan Kamil dalam keterangannya, Sabtu (22/1).
Menurut Emil, begitu sapaannya, pengakuan dunia terhadap karya anak bangsa patut diapresiasi mengingat saat ini isu kebhinekaan sedang menjadi sorotan.
"Apalagi dengan isu bahasa kebhinnekaan yang jadi sorotan, prestasi ini sangat membanggakan menunjukan jangan malu berbahasa daerah, lestarikan bahasa daerah dengan cara baru melalui medium film, konten dan sebagainya," tutur Emil diberitakan Kantor Berita RMOLJabar.
Film tersebut juga menjadi bukti bahwa dunia menghargai kreativitas dan budaya bahasa daerah di Indonesia.
"Kalau dunia menghargai, masa bangsa kita kurang menghargai. Jadi ini poinnya kebangkitan bahasa daerah di dunia internasional melalui masuknya film Nana di Berlin Internasional Film Featival," jelasnya.
Sementara itu Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Benny Bachtiar menuturkan, tradisi budaya bisa mendunia jika dikemas dengan konsep yang baik.
"Kita bisa membuktikan bahwa tradisi budaya itu bisa mendunia. Ini sejarah bagi masyarakat Sunda," ucap Benny.
Film Nana bisa menjadi momentum bagi pemerintah maupun industri film tanah air agar lebih mengeksplorasi potensi sejarah lokal untuk diangkat menjadi sebuah karya. Apalagi, kata Benny, banyak cerita legenda Sunda yang bisa diangkat jadi sebuah film.
"Kita kan ada legenda Lutung Kasarung, Nyi Roro Kidul itu kan ceritanya bisa diangkat dan bisa memperkaya nuansa budaya nasional," jelasnya. (rmol/zul)