Penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW tidak bisa dianggap sebagai ekspresi kebebasan seni. Penegasan itu diungkapkan langsung Presiden Rusia, Vladimir Putin, Senin (27/12).
Menurutnya, penghinaan terhadap Nabi adalah pelanggaran kebebasan beragama.
"Tindakan ini menimbulkan pembalasan ekstremis seperti serangan terhadap kantor redaksi majalah Charlie Hebdo di Paris, setelah penerbitan kartun nabi," kata Putin seperti yang dikutip dari TASS, Senin (27/12).
Meski begitu, Putin memuji kebebasan artistik secara umum. Namun, ia mengatakan kebebasan artistik memiliki batasan dan tidak boleh melanggar kebebasan lain.
"Rusia telah berkembang sebagai negara multietnis, sehingga rakyatnya terbiasa menghormati tradisi satu sama lain," ujarnya.
Pada 2020, Presiden Vladimir Putin mengungkapkan kemarahannya atas penerbitan kartun Nabi Muhammad oleh media satire Charlie Hebdo dan insiden pembunuhan seorang guru di Prancis.
"Harus ada keseimbangan yang baik antara mengekspresikan diri dan menghina perasaan seluruh kelompok orang," ucapnya.
"Di mana batas kebebasan yang satu dengan kebebasan yang lain?" tanya Putin dalam konferensi pers akhir tahun 2020.
Kemudian Putin menjawab, ketika kebebasan seseorang dimulai, maka kebebasan orang lain harus diakhiri.
"(Mereka yang) bertindak sembarangan, menghina hak dan perasaan orang beragama, harus selalu ingat akan ada reaksi balik yang tak terhindarkan. Tapi, di sisi lain, ini tidak boleh agresif," tambahnya seperti dikutip dari RT.
"Hal itu sebagai bukti bahwa "multikulturalisme telah gagal" di negara Barat," pungkasnya. (der/zul)