Adopsi teknologi ini menjadi kunci utama dalam menopang proses transformasi digital yang berjalan sangat dinamis. Pemanfaatan teknologi juga dilakukan untuk menciptakan efisiensi di berbagai aspek kehidupan, sosial budaya dan ekonomi masyarakat.
Peningkatan kerja sama antara pemerintah dan para pemangku kepentingan diharapkan mampu melipatgandakan dampaknya bagi kemajuan perekonomian.
Dalam hal ini, keterlibatan Grab pada upaya pengembangan teknologi dan talenta digital juga merupakan salah satu bentuk dukungan dan peran penting dalam pembangunan ekonomi digital di Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada saat memberikan keynote speech secara virtual, Jumat (19/11), dalam acara peluncuran riset yang bertajuk Dampak Grab pada Perekonomian dan Sosial Budaya di Kupang dan Jayapura menyampaikan bahwa peluncuran riset ini menjadi bukti bahwa sinergi lintas pemangku kepentingan dapat mendorong hadirnya berbagai penelitian-penelitian yang inovatif dan inspiratif di era disrupsi teknologi saat ini.
Acara tersebut diselenggarakan sebagai hasil kolaborasi PT Grab Teknologi Indonesia (Grab Indonesia) dan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI).
Peningkatan adopsi teknologi digital yang dipicu oleh tren pergeseran perilaku masyarakat dan perubahan model bisnis, diprediksi mampu meningkatkan nilai ekonomi digital Indonesia pada tahun 2021 hingga mencapai USD 70 miliar atau tumbuh 49% (yoy), dari nilai tahun lalu sebesar USD 47 miliar. Salah satu sektor ekonomi digital yang berkembang pesat dan sangat dinamis adalah Layanan Transportasi dan Pengiriman Makanan (ride hailing).
Ride hailing menjadi enabler aktivitas ekonomi digital, dan di masa pandemi menjadi penolong dengan menghadirkan beragam layanan untuk masyarakat serta memberikan solusi bagi penciptaan lapangan kerja, meningkatkan inklusi keuangan, serta menunjang peningkatan aktivitas ekonomi.
Sepanjang tahun 2020 sampai paruh pertama tahun 2021, di Indonesia terdapat sekitar 21 juta konsumen digital baru. Dari jumlah tersebut 72% berasal dari area non-metropolitan. Ini artinya di wilayah tier 2 dan 3, penetrasi digital terus tumbuh dan bahkan berlanjut di tengah pandemi,
“Saya berharap Grab dapat terus mengambil peran dengan menghadirkan berbagai solusi dalam mendukung pengembangan ekonomi digital, khususnya di wilayah timur Indonesia, antara lain mendorong peningkatan kontribusi para pelaku UMKM dalam ekonomi digital, meningkatkan keterampilan dan literasi digital, fasilitasi layanan digital, serta meningkatkan partisipasi pelaku usaha di sektor informal,” ujar Menko Airlangga.
Seiring dengan perkembangan teknologi digital, muncul sejumlah risiko dan tantangan, seperti penyediaan infrastruktur fisik dan digital. Oleh karena itu, Pemerintah dan para pemangku kepentingan terkait terus berusaha mengembangkan penyediaan sarana dan prasarana digital yang dapat menjangkau seluruh masyarakat, terutama yang berada di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).
“Kami sangat mengapresiasi berbagai upaya Grab yang turut serta mempercepat pengembangan ekonomi digital hingga ke wilayah Indonesia Timur. Inklusivitas ekonomi digital merupakan bagian penting dalam menyongsong masa depan perekonomian nasional di tengah situasi pandemi ini,” pungkas Menko Airlangga. (*/ima)