Oligarki mulai saat ini sudah memantau dan mempersiapkan untuk "beternak" politikus pada pemilu nanti.
Hal ini seperti dikatakan Pengamat Politik dari Universitas Indonesia (UI) Rocky Gerung saat mengisi diskusi daring Lembaga Survei KedaiKopi bertajuk Memprediksi Kemunculan Capres Ala Pembagian Wilayah Penanganan Covid-19 pada Jumat (16/10).
Menurutnya, Pemilu 2024 diprediksi akan menjadi arena pertempuran bagi para oligarki berebut politikus untuk dijadikan hewan peliharaannya.
"Kalau saya buat deskripsi per hari ini, kita tahu 2024 itu semacam kandang oligarki beternak politisi," kata Rocky.
Rocky menyebut karakteristik para oligarki selalu mencari forum formal, seperti halnya pemilu serentak 2024.
"Nah "peternakan" itu kita baca dari sekarang, dikunci dari presidential threshold, sudah dikunci itu, yang boleh diternakkan cuma mereka yang punya tiket oleh partai politik. Jadi sudah dikunci di situ," cetusnya.
Selanjutnya, tempat "ternak" itu akan dipagar dengan yang namanya pandemi Covid-19. Covid-19 diyakini akan dijadikan alasan terus menerus oleh para oligarki. Sehingga, mahasiswa dilarang demonstrasi hingga LSM juga dilarang mengkritik pemerintah.
"Jadi, sudah dikunci lewat PP (Peraturan Pemerintah), dipagar melalui Covid-19, lalu di-back up lagi melalui palang yang namanya Omnibus Law," tuturnya.
"Sehingga semua kebijakan tidak boleh dipersoalkan lagi, bahkan DPR sudah stempel-stempel aja. Kalau pemerintah mau ini, sudah ikuti aja. Jadi, kita lihat bahwa pemilu nanti di 2024 jadi ruang tertutup tempat black market of oligarki beroperasi. Black market of politics beroperasi. Di situ akan beroperasi, operasi tukar tambah," demikian kata Rocky Gerung dikutip dari RMOL.
Selain Rocky, turut hadir sejumlah narasumber dalam acara webinar yang diselenggarakan oleh Lembaga Survei KedaiKopi tersebut antara lain Anggota Dewan Pembina Perludem Titi Anggraini, Direktur P3S Jerry Massie, Peneliti Senior LIPI Prof Siti Zuhro. (rmol.id/ima)