Ambisi Moeldoko Bukan Hanya Gantikan AHY, Demokrat: Ingin Sekali Menjadi Presiden

Minggu 03-10-2021,20:57 WIB

Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra saat konferensi pers di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta Pusat, Minggu sore (3/10) mengungkap hal lain terkait Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko.

Dia menyinggung ambisi Moeldoko dalam kekuasaan yang menurutnya bukan terjadi kali ini saja.

Melainkan sudah dilakukan sejak menjadi panglima TNI yang menginginkan menjadi presiden.

"Konstruksi besar dari persoalan yang terjadi di Partai Demokrat ini, dimulai dari ambisi seorang KSP Moeldoko yang ingin sekali menjadi Presiden," ujar Herzaky seperti dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL, Minggu sore (3/10).

KSP Moeldoko, menurut Herzaky, merupakan seorang petualang politik sejak melakukan operasi sajadah ketika menjadi Pangdam III Siliwangi hingga menjadi Wagub Lemhanas.

"Sedangkan ambisi menjadi presiden ini, pertama kali muncul pada tahun 2014. Ada seorang pengusaha nasional yang menghadap Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) dan meminta restu Pak SBY agar Partai Demokrat mengusung Moeldoko sebagai calon presiden pada tahun 2014," ungkap Herzaky.

Padahal, kata Herzaky, KSP Moeldoko saat itu masih perwira aktif dan baru saja diangkat menjadi Panglima TNI.

Selain itu, kata Herzaky, pada Mei 2015 di waktu pagi hari sekali, Moeldoko dengan menggunakan seragam dinas Panglima TNI datang ke Cikeas, Bogor, Jawa Barat.

"Hari itu Pak SBY akan berangkat ke Surabaya untuk melakukan Kongres Partai Demokrat. Pak SBY berfikir tentu lah ada sesuatu yang sangat penting dan mendesak atau darurat. Seorang panglima TNI aktif dengan seragam dinas menghadap seorang mantan presiden, mantan panglima tertinggi pada pagi-pagi hari sekali. Ternyata, pesannya tidak sepenting dan semendesak yang diduga," kata Herzaky.

"Moeldoko hanya mengatakan, 'Pak, tolong kalau Bapak terpilih lagi sebagai ketua umum, agar Bapak mengangkat Marzuki Alie sebagai sekjennya'," sambung Herzaky.

Atas pernyataan Moeldoko itu, SBY, kata Herzaky, marah karena Moeldoko merupakan panglima TNI aktif yang dianggap telah melanggar konstitusi dan UU dalam melakukan politik praktis dan intervensi.

"Tetapi beliau (SBY) juga marah, karena salah satu penggagas dan pelaksana reformasi TNI, Bapak SBY tidak rela TNI dikotori oleh ambisi pribadi yang ingin berkuasa dengan cara-cara yang melanggar aturan dan hukum," terang Herzaky.

Tidak sampai di situ, setelah pensiun dari TNI, kata Herzaky, Moeldoko kembali datang lagi ke Cikeas. Saat itu, Moeldoko meminta jabatan tinggi di kepengurusan Partai Demokrat.

"Pak SBY sampaikan, 'kalau gabung dengan Partai Demokrat, silakan saja, kalau jabatan ketua umum itu ada mekanismenya, melalui Kongres'," kata Herzaky menirukan ucapan SBY saat itu.

Tidak puas dengan jawaban SBY, Moeldoko kata Herzaky, juga berusaha untuk menjadi ketua umum pada partai-partai lainnya.

Tags :
Kategori :

Terkait