Mutasi virus Covid-19 yakni varian C.1.2 diketahui sudah mulai menyebar ke berbagai negara. Namun, varian baru itu belum terdeteksi masuk ke wilayah Indonesia.
"Varian C.1.2 belum masuk di Indonesia. Jadi untuk sementara ini tidak perlu dikhawatirkan," kata Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Amin Soebandrio di Jakarta, Kamis (16/7).
Dia mengatakan situasi tersebut diketahui berdasarkan pemeriksaan sekuensing yang dilakukan Eijkman bersama sejumlah laboratorium lain di bawah Kementerian Kesehatan.
Dia belum bersedia berkomentar soal varian C.1.2. Apakah lebih ganas dari varian pendahulunya atau tidak. Amin menjelaskan fakta tersebut perlu penelitian lebih mendalam.
Hal senada disampaikan Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi. "Hingga saat ini tidak kurang dari 6.253 hasil sekuensing telah dilaporkan. Dari total tersebut 2.252 adalah varian delta ditemukan di 33 provinsi di Indonesia," jelas Nadia.
Berdasarkan laporan mingguan Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Puslitbangkes) Kemenkes RI periode 28 Agustus hingga 3 September lalu, terdapat publikasi dari peneliti di Afrika Selatan terkait munculnya varian C.1.2.
Menurut laporan itu, varian C.1.2 merupakan turunan dari varian C.1 pada Mei lalu di Afrika Selatan. Berdasarkan pengamatan peneliti, varian ini memiliki susunan mutasi yang merupakan gabungan dari beberapa mutasi yang terdapat pada varian alfa, beta, gamma, delta, dan lambda serta mutasi baru (C136F, Y449H and N679K).
"Selain C.1.2, Kemenkes juga berupaya melakukan pelacakan varian lainnya, seperti lambda dan Mu maupun varian lokal di Indonesia," tukasnya.
Pemerintah, lanjutnya, mengantisipasi masuknya varian baru melalui pengawasan lalu lintas orang dari luar negeri di pintu-pintu masuk wilayah Indonesia.
"Kita terus berkonsultasi dengan WHO untuk terus memperbarui informasi terkait varian-varian baru yang berpotensi masuk dan menyebar di Indonesia," pungkasnya. (rh/zul)