Budayawan Sujiwo Tejo punya pandangannya sendiri soal kaitan lockdown dan ekonomi. Lewat cuitannya di Twitter, ia melontarkan pernyataan bernada satir, seolah ingin memancing logika berpikir warganet.
Penulis buku Republik Jancukers itu mengatakan, rakyat saja bisa membiayai lahirnya para pemimpin dan pejabat di negeri ini lewat gelaran pemilu yang biayanya tidaklah sedikit.
“Rakyat bisa membiayai para pemimpin sejak biaya kelahiran mereka via Pilpres/Pilkada/Pileg dll sampai menggajinya, menunjangnya dll,” celotehnya di Twitter, Kamis (24/6).
Ia lalu mempertanyakan mengapa kemudian para pemimpin mengeluh tidak bisa membiayai rakyatnya jika lockdown diberlakukan.
“Kenapa timbal baliknya para pemimpin tidak bisa membiayai rakyat jika lockdown dibutuhkan?” tanyanya satir.
“Adakah yang keliru dlm penalaran/alur-logikaku itu?” sahutnya lagi.
Sujiwo Tejo sadar bahwa logika berpikirnya itu akan ditanggapi beragam oleh warganet. Oleh karena itu ia menegaskan tak akan memblok siapapun yang mencaci dirinya karena cuitan tersebut.
“Akun ini masih mungkin melayani buzzer kubu manapun. Yang nyerang pikiran dengan pikiran. Tidak bagi buzzer penumpang gelap kubu manapun yang nyerang pikiran dengan caci maki, fitnah framing jahat dll. Tapi tenang, akun ini tak akan ngeblok siapapun karena karma juga tidak ngeblok iblis,” tukasnya.
Dikutip dari Fajar, Presiden Jokowi memastikan pemerintah menempuh kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala Mikro. Itu sebagai langkah mitigasi menyikapi lonjakan kasus Covid-19.
Jokowi juga menegaskan pemerintah tak mengambil langkah lockdown atau PSBB karena alasan beban ekonomi. Alasannya, PPKM Mikro masih menjadi kebijakan yang paling tepat dalam menekan penyebaran wabah tanpa mematikan perekonomian.
Pemerintah juga berpendapat bahwa kebijakan lockdown membutuhkan anggaran yang tak sedikit. Sebab penanganan Covid-19 perlu dibarengi dengan upaya pemulihan ekonomi. (endra/fajar/ima)