Garuda Indonesia 'Sakit' Parah Akibat Korupsi, Yenny Wahid Minta Dukungan Agar Tidak Dipailitkan

Minggu 30-05-2021,18:00 WIB

Komisaris Independen Garuda Indonesia Yenny Zannuba Wahid dalam cuitan di akun Twitter, @yennywahid meminta dukungan moril masyarakat agar maskapai kebanggaan Indonesia, Garuda tidak dipailitkan.

Kondisi Garuda Indonesia sejak pandemi Covid-19 melanda makin ‘sakit’ parah. Kondisi keuangan PT Garuda Indonesia Tbk juga masuk dalam kategori gawat darurat. 

Utangnya Rp70 triliun dan ekuitas minus Rp41 triliun. Kabar penawaran pensiun dini karyawan menyebar bahkan bakal dipercepat.

Yenny menyerukan Garuda sebagai national flag carrier bangsa ini harus diselamatkan secara bersama-sama. Sayangnya, kata putri Gus Dur itu, problem warisan Garuda besar sekali, mulai dari kasus korupsi sampai biaya yang tidak efisien.
 
“Garuda adalah national flag carrier kita. Harus diselamatkan. Mohon support & doanya,” seru Yenny Wahid dikutip pada Minggu (30/5).

Yenny menjelaskan, tahun 2019, Garuda membukukan keuntungan operasional US$ 19 juta, tetapi tetap terbebani banyak utang. Salah satunya sukuk yang jatuh tempo sebesar US$ 500 juta atau setara Rp8,5 triliun.

“Sukuk diterbitkan jauh sebelum saya masuk (Garuda). Sukuk akhirnya berhasil direstrukturisasi. Doakan ya,” katanya dikutip dari Fajar.

Diakuinya, waktu ia didapuk sebagai komisaris, utang Garuda sudah lebih dari Rp20 triliun. Lalu pandemi tiba-tiba melanda, setiap terbang pasti rugi besar.

“Demi penumpang, kami terapkan social distancing meskipun biaya kami jadi dua kali lipat dengan revenue turun 90 persen. Sudah jatuh tertimpa tangga,” bebernya.

Penerima penghargaan Young Global Leader oleh World Economic Forum itu juga menyinggung soal kasus korupsi yang membuat keuangan Garuda kian terjerembab. Meski kasus tersebut telah ditangani penegak hukum, dampaknya masih berefek sampai sekarang.

“Kasusnya kan sedang berjalan. Sudah ditangani penegak hukum. Tapi efeknya masih dirasakan, karena menyangkut kontrak jangka panjang yang harus direnegosiasikan ulang, plus pembelian alat produksi yang tidak efisien. Misalnya pesawat yang tidak pas untuk kebutuhan maskapai,” ungkapnya.

Menurutnya, tugas seorang komisaris adalah melakukan pengawasan, memastikan adanya good corporate governance untuk mencegah korupsi, memastikan direksi melakukan restrukturisasi hutang, renegosiasi kontrak dengan lessor, efisiensi biaya operasional, serta sediakan pelayanan yang prima untuk customer. (endra/fajar/ima)

Tags :
Kategori :

Terkait