Oleh: Dahlan Iskan
SALAH satu cara untuk menjadi lebih besar adalah memakan yang besar.
Tapi siapa –makan– siapa ketika Gojek dan Tokopedia bersatu?
Dua-duanya tidak akan lagi saling makan. Justru saling menyuapi.
Kini yang kelihatan kelihatan takut dimakan adalah Shopee atau Blibli. Meskipun masing-masing punya tulang punggung yang sangat kuat.
Dulu, Gojek, Tokopedia, Shopee, dan Bibli yang takut dimakan Grab –kalau saja Grab berhasil lebih dulu go public dengan nilai USD 39 miliar.
Langkah itu gagal –sementara. Itu dimanfaatkan Gojek dan Tokopedia. Mumpung Grab mengundurkan jadwal go public, Gojek dan Tokopedia bergabung. Menjadi GoTo.
Kelihatan sekali GoTo bergegas untuk lebih dulu go public. Dengan nilai jauh lebih besar dari rencana Grab dulu: USD 45 miliar.
Nilai GoTo tiba-tiba menjadi begitu besarnya. Siapa sangka unicorn Indonesia –yang umurnya baru kemarin sore– sudah punya nilai melebihi perusahaan mobil Amerika, Ford. Yang umurnya lebih tua dari umur saya.
Gojek memang beda lahan dengan Tokopedia. Kalau keduanya bergabung, kekayaan bisnis mereka bisa digabung. Tanpa ada yang tereliminasi. Hasil transaksi di Tokopedia diantar oleh Gojek.
Itulah yang membuat nilai GoTo –perusahaan hasil merger Gojek dan Tokopedia– langsung melejit. Gabungan keduanya langsung memiliki 100 juta transaksi aktif.
Pola yang seperti itu yang tidak ada ketika Grab dan Gojek menjajaki penggabungan. Itu yang membuat rencana merger antara Grab dan Gojek kandas. Tiga tahun lalu. Padahal pemegang saham Grab dan Gojek sama-sama ngebet ingin gabung. Baik pemegang saham yang di Singapura maupun yang di Jepang.
Keduanya, sayangnya, memiliki ladang yang sama. Yang kalau digabung hanya akan saling mengeliminasi. Itu membuat tambahan nilai transaksinya tidak maksimal.
Nilai baru GoTo yang USD 45 miliar itu memang fantastis. Itu hanya bisa terjadi di zaman ini. Tapi itulah nilai yang ingin diraih oleh para pemegang saham. Setelah sekian tahun mereka terus-menerus hanya membakar uang.
Kemampuan membakar uang pun ternyata ada batasnya. Sudah saatnya kini, mereka menjual abunya.