Ternyata setelah diperiksa, almarhum menderita radang paru-paru.
“Dirontgen ternyata betul radang paru. Makin berat dirujuk enggak ada tempat, makin jelek (kondisinya) harus diinkubasi, menolak. Semakin berat lagi, waktu mau (dirawat) tempatnya sudah penuh jadi akhirnya meninggal. Empat hari kemudian lima hari kemudian. jadi bukan gara-gara vaksin, tapi dia radang paru,” tegas dia.
Lalu kasus di Ambon, Maluku. Almarhum berusia 45 tahun. Setelah disuntik keesokan harinya demam.
“Batukm pilek kemudian makin memberat diperiksa COVID-19 positif setelah tiga hari. Jadi dia terpapar COVID sebelum divaksin. COVID-nya berat akhirnya meninggal karena COVID,” tegas dia.
Hindra juga menjelaskan terdapat KIPI nonserius. Yaitu kejadian medik pasca-imunisasi dan tidak menimbulkan risiko potensial pada kesehatan penerima vaksinasi. Di antaranya seperti pusing, muntah, demam, nyeri otot, hingga nyeri sendiri, dan beberapa efek samping ringan lainnya.
"Kalau KIPI nonserius ada 10.627 laporan yang masuk, Sinovac 9.738 dan AstraZeneca 889 laporan," katanya.
Namun, Hindra memastikan segala jenis KIPI baik serius dan nonserius yang dilaporkan telah mendapat penanganan dari Komisi Daerah KIPI masing-masing. Pihaknya telah melatih sekitar 30 ribu tenaga di setiap daerah untuk menangani KIPI vaksin COVID-19 yang terjadi di masyarakat.
Dijelaskannya, KIPI bukan hal baru lagi sebab setiap pasca-vaksinasi selalu ada laporan-laporan khusus. Sebab respons vaksinasi pada tiap tubuh manusia berbeda-beda.
"KIPI bukan merupakan hal baru, bukan hanya pada vaksin COVID-19. Namun terjadi pada semua vaksin dan harus dilaporkan, justru untuk menjamin bahwa vaksin aman," ujarnya. (gw/zul/fin)