Pasca 23 tahun reformasi, kedaulatan pangan masih menjadi PR. Wakil Ketua MPR Zulkifli Hasan menyoroti fenomena banjir pangan impor. Indonesia mulai kecanduan impor pangan.
Menurut Zulkifli, ini merupakan persoalan sangat serius, yang jika tidak ditangani dengan baik akan menyengsarakan rakyat.
“Dalam dua dekade terakhir, sejak reformasi 23 tahun lalu, Indonesia cukup bergantung pada impor beras dari Vietnam, Thailand, Tiongkok, Pakistan, Taiwan, hingga Myanmar,” kata Zulkifli, dalam siaran pers humas DPP PAN, Rabu (14/4).
Menurutnya, perlu ada komitmen serius untuk menyelesaikan peroalan impor pangan. Dalam kasus impor pangan, pihak yang dikorbankan adalah rakyat kecil dan para petani lokal.
“Ketergantungan kita pada pangan impor juga menunjukkan kegagalan kita sebagai bangsa mempersiapkan ketahanan pangan,” kata dia.
Dalam pidato politik bertajuk “Demokrasi Transaksional dan Ketergantungan Impor Pangan” itu, Zulhas juga menyebut bahwa setelah 23 tahun reformasi seharusnya reformasi memberi masyarakat kedaulatan, keadilan, kesejahteraan dan kesetaraan. Namun, lanjutnya, cita-cita itu masih jauh.
“Dalam 23 tahun kita justru masih dihimpit banyak persoalan, mulai dari kecanduan impor pangan yang menunjukkan tiadanya kedaulatan kita dalam bidang pangan, hingga belitan utang luar negeri yang nilainya terus meningkat tajam. Akibatnya, kesejahteraan rakyat jadi PR lama yang tak kunjung usai.” tandasnya. (khf/zul/fin)