Dalam kurun waktu satu minggu terakhir, beberapa desa di Kecamatan Ketanggungan terendam banjir. Bahkan, banjir terakhir merendam sedikitnya 11 desa dan puluhan rumah rusak.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Brebes Nushy Mansur mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan wilayah tersebut terendam banjir. Selain tanggul yang kurang tinggi, kerusakan alam di sekitar hulu juga menjadi salah satu penyebabnya.
"Ada beberapa tanggul yang sudah pendek dan satu titik jebol (membuat air masuk kepemukiman). Ditambah, kapasitas sungai yang ada dan kerusakan alam di hulu tidak bisa kita hindari. Apalagi, Brebes masuk daerah dalam cuaca ekstrem di Jawa Tengah," ungkapnya.
Karenanya, untuk meminimalisir terjadinya banjir di wilayah tersebut, pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung untuk membuat tanggul darurat.
"Namun, tanggul tidak bisa dilakukan sekarang (kemarin, Red). Sebab, tanahnya masih lembek. Tapi, untuk pembangunan permanen direncanakan pada 2022 mendatang," ujarnya.
Salah seorang warga Desa Ketanggungan, Radiono (41) mengatakan, musibah banjir terakhir merupakan kejadian ke empat di sepanjang dua bulan di tahun ini. Menurutnya, banjir kali ini cukup tinggi karena ada tanggul yang jebol.
"Kebanyakan warga jika terjadi banjir itu bertahan di rumah. Sebab, selain daerah yang cukup tinggi, warga juga sudah membuat tanggul pembatas di depan rumah masing-masing," terangnya.
Senada dengan Radiono, warga lain yang menjadi korban musibah banjir di Ketanggungan, Dian mengatakan, kejadian tersebut merupakan yang ke empat hingga pertengahan Februari ini. Dirinya berharap, ada penanganan khusus dari pemerintah. Sehingga, tidak terjadi banjir lagi.
"Banjir di sini itu terjadi tiap tahun. Minta pemerintah lebih tanggap saja, susah tiap tahun kalau terjadi banjir gini," pungkasnya. (ded/ima)