Hingga saat ini, harga kedelai di pasaran wilayah Kabupaten Brebes masih tergolong tinggi, yakni mencapai Rp9.500 per kilogram (kg). Guna menstabilkan harga, khususnya untuk para perajin tempe di Brebes, Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan operasi pasar, di Brebes, Kamis (4/2).
Salah seorang perajin tempe asal Kelurahan Pasarbatang, Brebes, Endang Sumiyati mengatakan, saat ini harga kedelai di pasar mencapai Rp9.500. Namun, dengan adanya operasi pasar dari Kementan, dirinya mendapatkan harga lebih murah yakni Rp8.500 per kg.
"Sebetulnya dengan harga Rp8.500 juga kami masih susah untuk mendapatkan keuntungan. Karenanya, kita harapkan pemerintah bisa menstabilkan harga kedelai di pasar," ujarnya.
Diakuinya, berbeda dengan tiga tahun yang lalu di mana harga kedelai hanya Rp6.500, para perajin tempe dan tahu bisa mendapatkan untung. Karenanya, saat ini para perajin tempe pun hanya bisa berharap harga kedelai lebih murah.
"Apalagi di tengah pandemi Covid-19 ini konsumen (pembeli) juga berpengaruh. Jadi, kita harapkan pemerintah bisa ikut menstabilkan harga di pasaran," tambahnya.
Terpisah, Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Prof Dr Ir Risfaheri mengatakan, saat ini harga kedelai di pasaran memang cukup tinggi. Ditambah lagi kebutuhan kedelai di Indonesia yang cukup besar. Sehingga, kebutuhan kedelai sebagian besar didatangkan dari luar.
"Langkah yang dilakukan pemerintah yang pertama adalah menstabilkan harga kedelai, agar para perajin tempe dan tahu ini bisa mendapatkan untung. Oleh karena itu kami menstabilkan harga Rp8.500 untuk para pengrajin tempe dan tahu," katanya, Kamis (4/2).
Selanjutnya, pemerintah akan meningkatkan produksi kedelai di dalam negeri. Sehingga bisa mengurangi ketergantungan terhadap impor kedelai. Namun untuk upaya jangka pendek ini, upaya yang dilakukan adalah menstabilkan harga kedelai. Agar para perajin tempe dan tahu bisa tetap berproduksi.
"Supaya tidak bergantung pada impor, kita memang harus memperbanyak luas tanam produksi kedelai. Karena selama ini petani beranggapan bahwa menanam kedelai keuntungannya lebih rendah daripada menanam jagung," pungkasnya. (ded/ima)