Ustaz Abdul Somad (UAS) menyebut seseorang yang merayakan Hari Ibu adalah bagian dari kafir dalam sebuah video ceramah yang viral di dunia maya.
Ketua Jaringan Gusdurian Alissa Wahid menanggapi santai video tersebut. Menurut Alissa, setiap orang berhak mengutarakan pendapat sepanjang tidak melanggar hak konstitusi warga negara lain, tidak melanggar martabat kemanusiaan dan kemaslahatan bersama.
“Ya nggak papa, dia berhak atas pendapatnya. Boleh dong. Kita juga berhak atas pendapat kita, yang selalu berpijak pada prinsip al-muhafadhah ala al-qadiim as-shalih, wa akhdzu bi al-jadid al-ashlah. Memelihara tradisi yang baik dan mengambil pembaharuan yang lebih baik,” cuit putri mendiang Gus Dur itu di laman Twitternya @AlissaWahid, Rabu (23/12).
“Kita tidak perlu takut terhadap perbedaan pandangan. Sepanjang tidak melanggar hak konstitusi warga negara yang lain, sepanjang tidak melanggar martabat kemanusiaan & kemaslahatan bersama, berbeda pendapat akan memperkaya. Panduan kita jelas 3 hal dasar ini,” lanjut Alissa.
Alissa menjelaskan, dalam kehidupan bernegara dan beragama tidak terlepas dari tiga prinsip tersebut yakni tidak melanggar hak konstitusi warga negara lain, tidak melanggar martabat kemanusiaan dan kemaslahatan bersama. Ulama-ulama telah mengajarkan itu.
“Kita juga perlu teguh, bahwa kehidupan pribadi & kehidupan publik kita dipandu 3 prinsip dasar tadi. Pak @lukmansaifuddin sering ingatkan, esensi ajaran agama ada di membangun kemaslahatan bersama & mengangkat martabat kemanusiaan. Ulama2 kita mengajarkan itu kan?” katanya.
Sehingga, lanjut Alissa, jika ada praktik pembaharuan tetapi sesuai esensi ajaran agama seperti peringatan Hari Ibu atau vaksinasi sekalipun maka hal tersebut sah-sah saja.
“Jadi kalau ada praktik pembaharuan tapi sesuai esensi ajaran agama, ya para ulama kita bisa terima, misalnya vaksinasi. Sebaliknya, kalau ada praktik yg tidak sesuai esensi ajaran agama ya harus mulai ditinggalkan, mis perbudakan, yang Nabi SAW saja melakukan transformasinya,” paparnya.
Saat ini telah lahir banyak ulama di ruang publik. Alissa berpesan untuk mengikuti ulama yang menebar kebaikan, perdamaian dan meninggikan harkat kemanusiaan.
“Sekarang, banyak ulama hadir dalam kehidupan kita. Mana ajaran yang perlu diikuti? Yang tidak membuat kita penuh dg kebencian kepada setiap makhluk Allah SWT, yg meninggikan harkat kemanusiaan, yang memelihara kebaikan bersama. Memelihara bangsa juga. Gitu aja kok repot,” tuntas Alissa.
Sebelumnya beredar video ceramah UAS yang menerangkan hukum merayakan Hari Ibu yang diperingati setiap tanggal 22 Desember.
“Bagaimana hukum merayakannya? Orang yang ikut merayakan Hari Ibu, man tasyabbaha bi qaumin, siapa yang ikut tradisi orang kafir, maka kafirlah dia,” jelas UAS dalam video tersebut dikutip dari Fajar.
UAS mengatakan memuliakan ibu harus dilakukan setiap saat, bukan hanya di satu hari tersebut. (endra/fajar/ima)