Aksi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membaca buku ‘How Democracies Die’ dianggap sebagai upaya untuk menutupi bangkainya. Hal itu diungkapkan Dewan Pakar Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Teddy Gusnaidi.
Menurut Teddy, aksi itu sengaja diciptakan Anies untuk menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Tujuannya tidal lain untuk mengalihkan perhatian publik dari permasalahan yang sedang dihadapi Anies saat ini.
“Anies ini kan bukan bocah tua alay ya karena dia tiba-tiba posting sesuatu yang seperti buku, makanan, dan segala macam,” ucap Teddy Gusnaidi saat menjadi narasumber dalam program acara Dua Sisi tvOne.
“Artinya memang dia paham apapun yang dia lakukan itu menjadi perhatian. Maka dia mengeluarkan simbol ini. Simbol inilah yang memang dia sadar bahwa ini akan menjadi perdebatan, akan ada pro dan kontra,” sambung Teddy.
Menurut Teddy, Anies sengaja menciptakan pro dan kontra seolah-olah dia seperti orang alay. Langkah itu dilakukan Anies untuk mengalihkan perhatian publik dari permasalahan yang dihadapinya saat ini.
Permasalahan yang dimaksud Teddy adalah ketika Anies mendapat tekanan publik atas aksi pembiaran kumpul-kumpul di acara Imam Besar FPI, Habib Rizieq Shihab (HRS), baik di Tebet, maupun di Petamburan.
“Tujuannya semua orang sudah tahu. Pertama, dia punya kemampuan untuk memindahkan permasalahan ketika tekanan begitu kuat terhadap dugaan pidana pelanggaran covid, ini yang dia maninkan,” ucapnya.
“Tapi poin yang saya catat dia ingin menguburkan bangkai kerusakan demokrasi yang dia ada di dalam situ. Bangkai itu yang mau dia tutup bahwa dia seolah-olah dia bukan bagian dari orang-orang yang ikut menggerogoti demokrasi,” sambung Teddy.
Teddy Gusnaidi mengungkit Pilkada DKI Jakarta pada 2017 lalu. Saat itu, kata Teddy, Anies dipilih bukan karena berdasarkan kemampuannya, tetapi karena ada yang jualan ayat dan mayat.
“Anies Baswedan itu bukan karena kemampuannya dia, tapi karena memang saat itu kita paham sama-sama bahwa bagaimana jualan ayat, jualan mayat. Itu fakta,” kata Teddy.
Pernyataan Teddy langsung dibantah oleh politisi Nasdem, Bestari Barus yang juga hadir sebagai narasumber di acara Dua Sisi tvOne.
“Anda menuduh itu menuduh itu berarti ada 3,5 juta orang yang sedang Anda katakan bermain itu, bukan satu orang,” ucap Bestari.
Seperti diketahui, sebanyak 3.240.987 orang memilih pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dalam Pilgub DKI Jakarta putaran kedua pada 2017 lalu.
Teddy membagikan video perdebatannya dengan dBestari Barus di akun Twitter pribadinya, @TeddyGusnaidi, Minggu (29/11).
“Anies gagal menutupi bangkai. Uniknya di Indonesia, bukan penguasa yang otoriter, tapi ‘oposisi’ yang otoriter. Point di buku yang dibaca Anies, semuanya menggambarkan sikap otoriter ‘oposisi’, bukan penguasa,” tandas Teddy. (pojoksatu/zul)