Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan program Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Diploma Dua (D2) Jalur Cepat dan Program Peningkatan Prodi D3 menjadi Sarjana Terapan (D4).
Kedua program tersebut merupakan realisasi skema sambung-suai dunia pendidikan dan DUDI yang melibatkan tiga pihak, yaitu SMK, Pendidikan Tinggi Vokasi (PTV), dan DUDI.
PTV yang dimaksud bisa berupa Politeknik, akademi komunitas, universitas/institut, dan sekolah tinggi yang memiliki program diploma dua (D-2).
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim mengatakan bahwa program ini dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih kesempatan yang terbaik.
"Program ini merupakan terobosan baru yang tidak hanya menambah daya tarik pendidikan vokasi, sekaligus memperbesar keterserapan lulusan vokasi oleh Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI)," kata Nadiem, Senin (16/11).
Nadiem menjelaskan melalui program ini, siswa bebas memilih lulus di akhir tahun ketiga atau melanjutkan ke Diploma Dua jalur cepat. Lalu melalui Program Peningkatan Prodi Diploma Tiga menjadi Sarjana Terapan.
"Peserta didik berkesempatan menambah satu tahun untuk mendapatkan keterampilan yang lebih dalam sehingga berpeluang mendapatkan pekerjaan yang lebih baik," terangnya.
Nadiem menambahkan, bahwa program tersebut juga bertujuan agar peserta didik mendapatkan kesempatan sebanyak mungkin pengalaman dari DUDI. "Pada akhirnya, kesempatan lulusan vokasi mendapatkan pekerjaan yang layak semakin besar karena sudah selaras dengan kebutuhan DUDI," imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud, Wikan Sakarinto menambahkan, bahwa untuk bisa mendapatkan D2, peserta didik Program Jalur Cepat SMK-D2 yang telah menjalankan pendidikan di SMK selama tiga tahun (termasuk praktik kerja lapangan selama enam bulan) dapat secara merdeka memilih meneruskan langsung satu setengah tahun pendidikan di PTV (termasuk satu tahun magang).
"Skemanya, siswa menempuh enam semester di SMK dan tiga semester menjadi mahasiswa di level pendidikan tinggi, jadi pengalaman bekerja di industri akan lebih banyak," jelas Wikan.
Syarat khusus lainnya, kata Wikan, yaitu kurikulum disusun bersama (SMK, PTV dan DUDI) sejak semester satu hingga sembilan.
"Selama sembilan semester tersebut, para dosen PTV dan ahli DUDI bergabung dengan para guru SMK untuk terjun langsung mengajar para siswa SMK sejak kelas 10 SMK sampai dengan mereka lulus D2 pada semester sembilan," ujarnya.
Selain itu, Wikan juga menegaskan, bahwa pada prinsip dasarnya program tersebut harus berbasis kebutuhan nyata dari DUDI. Sebab, kebutuhan nyata DUDI adalah lulusan dengan kompetensi yang memiliki mental siap kerja dan siap belajar sepanjang hayat.
"Program ini merupakan program yang mendorong peserta didik SMK dapat lebih cepat mendapatkan kompetensi yang lebih tinggi melalui mekanisme yang lebih praktis. Tentunya disertai dengan gelar atau level ijazah yang lebih tinggi," pungkasnya. (der/zul/fin)