Presiden Prancis Emmanuel Macron baru-baru ini telah memicu kemarahan dan kecaman dari negara-negara Muslim dunia atas komentarnya yang membela sekularisme Prancis dan kritik terhadap Islam radikal, menyusul pemenggalan seorang guru di Prancis.
Bukan hanya kecaman yang didapat, aksi boikot produk-produk Prancis pun sangat masif dilakukan di sejumlah negara Arab. Barang-barang buatan Prancis sudah banyak yang ditarik dari supermarket setempat.
Hal itu merupakan buntut dari kemarahan publik Muslim dunia terhadap Presiden Macron. Kecaman yang cukup tajam terhadap Macron datang dari Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.
Erdogan mengatakan Macron perlu diperiksa kejiwaannya. Terkait komentar tersebut, dia pun mengajak untuk memboikot produk-produk Prancis. "Jangan pernah menghargai barang-barang berlabel Prancis, jangan membelinya," kata Erdogan mengutip AFP, Selasa (27/10).
Ajakan memboikot produk-produk Prancis juga menggema di Qatar, Kuwait, serta beberapa negara Timur Tengah lainnya. Barang-barang buatan Prancis sudah banyak yang ditarik dari supermarket setempat.
Bahkan, warga Suriah sudah membakar foto Macron. Di Tripoli, Libya, warga membakar bendera Prancis sebagai sikap kecaman atas pernyataan Macron.
"Sebagai Muslim, adalah kewajiban kami untuk menghormati semua nabi, jadi kami mengharapkan hal yang sama dari semua agama lain," kata ibu rumah tangga Fatima Mahmud (56) di Tripoli.
Di Deir al-Balah di Jalur Gaza, orang-orang Palestina juga membakar potret Macron, dan menyebut pernyataannya sebagai "serangan dan penghinaan terhadap Islam."
"Kami mengutuk komentar Presiden Prancis dan siapa pun yang menyinggung Nabi Muhammad, baik melalui kata-kata, tindakan, gerak tubuh atau gambar," kata Maher al-Huli, seorang pemimpin Hamas yang menguasai Gaza.
Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, menuduh Macron, "menyerang Islam" karena pernyataannya dianggap menyudutkan dan mengkritik masyarakat Islam dengan cara menutup masjid dan mengawasi sejumlah organisasi masyarakat Muslim, usai kejadian pembunuhan seorang guru.
Khan juga menuduh Macron membela penerbitan ulang kartun Nabi Muhammad SAW oleh majalah Charlie Hebdo. Dalam serangkaian cuitan di Twitter, Minggu (25/10) kemarin, Khan mengatakan, bahwa pernyataan Macron yang menyebut "Islam adalah agama yang sedang dalam krisis di seluruh dunia" menimbulkan perpecahan.
"Ini adalah saat di mana Presiden Macron bisa memberikan sentuhan penyembuhan dan menyangkal ruang bagi para ekstremis daripada menciptakan polarisasi dan marginalisasi lebih lanjut yang pasti mengarah pada radikalisasi," cuit Khan seperti dikutip dari AFP.
"Sangat disayangkan bahwa dia memilih untuk mendorong Islamofobia dengan menyerang Islam daripada teroris yang melakukan kekerasan, baik itu Muslim, Supremasi Kulit Putih, atau ideologi Nazi," tambahnya.
Kementerian Luar Negeri Maroko dalam sebuah pernyataan yang disiarkan kantor berita resmi MAP, juga "dengan keras" mengutuk terus terbitnya karikatur Nabi Muhammad.
Adapun Menteri Urusan Islam Yordania Mohammed al-Khalayleh mengatakan bahwa "menghina" Nabi bukanlah "masalah kebebasan pribadi, tetapi kejahatan yang mendorong kekerasan."