Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang sudah diproklamirkan 75 tahun lalu sebagai bangsa yang merdeka, ternyata masih banyak pihak yang menyebut bangsa ini belum sepenuhnya merdeka.
Hanya saja, penjajahan yang dialami Indonesia saat ini berbeda dengan apa yang dialami leluhur bangsa dari Belanda dan Jepang. Tapi, sudah merambah ke dalam konteks yang lebih luas dan multidimensi.
Bahkan, menurut Haris Rusly Moti, bangsa Indonesia saat ini masih menjadi bangsa tawanan. Terutama ditawan oleh dua hal: oligarki dan teknologi.
"Sobat, bangsa kita berstatus bangsa tawanan. 1. Ditawan oligarki konglomerat hitam. 2. Ditawan secara teknologi," ujar Haris Rusly Moti melalui akun Twitter pribadinya, Selasa (6/10).
Soal oligarki, ucapan eksponen gerakan mahasiswa 1998 tersebut seperti memperkuat pernyataan Menko Polhukam, Mahfud MD, bahwa 92 persen calon kepala daerah didanai cukong alias oligarki.
Kemudian, soal tawanan secara teknologi, Haris Rusly memberi contoh PT Telkom yang menjadi salah satu BUMN utama Indonesia. Meski bertatus BUMN, faktanya Telkom dikuasai oleh vendor-vendor asing. Khususnya perusahaan yang berasal dari China.
"Telkom itu BUMN, tapi vendornya dari unjung rambut, jeroan hingga kuku, dikuasai RRC. Computasi awan (cloud) dipegang Alibaba cloud. JTE & Huawei berbagi infrastruktur," terangnya.
Well, tak heran jika Haris Rusly menyebut bangsa Indonesia masih menjadi bangsa tawanan. (rmol/zul)