Soal Potensi Gempa Megathrust dan Tsunami 20 Meter di Jawa, Masyarakat Diimbau Tak Panik

Senin 28-09-2020,08:00 WIB

"Kita mengumumkan skenario terburuk bukan untuk membuat panik masyarakat, namun agar kita bisa bersama-sama semaksimal mungkin mencegah dampak yang akan terjadi dari bencana itu," ujarnya.

Terkait kepastian gempa megathrust dengan magnitudo 9 MW dan tsunami 20 meter, dirinya maupun BMKG pun tidak mengetahuinya kapan akan terjadi. Perihal kepastian suatu bencana alam hanyalah Tuhan yang tahu.

"Jadi kalau ditanya 'apakah bencana itu akan terjadi?' ya saya tidak tahu. Tidak ada yang bisa mendahului Tuhan, tapi kan manusia bisa menghitung. Kita menghitung skenario dan dampak terburuknya," jelasnya.

Dia juga mengatakan, soal potensi tsunami 20 meter bukan berarti seluruh Selatan Pulau Jawa akan tergulung tsunami. Hanya pantai yang ketinggiannya di bawah 20 meter saja yang akan berpotensi terkena tsunami. Sementara itu, pantai yang ketinggiannya di atas 20 meter akan aman.

"Ketinggian suatu lahan pantai kan tidak seragam. Ada yang tinggi dan rendah. Jadi jangan membayangkan seluruh Banten akan tergulung tsunami 20 meter. Hanya pantai yang topografinya di bawah 20 meter saja yang berpotensi terkena tsunami. Ingat, berpotensi! Berpotensi belum tentu terjadi," tegasnya.

Untuk itu, menurutnya, skenario terburuk yang diumumkan harus disikapi sebaik mungkin. Pemerintah dan masyarakat harus berkaca pada tsunami Banten yang terjadi pada 22 Desember 2018.

"Jangan lagi ada acara yang diselenggarakan di malam hari dan di dekat pantai. Maksimal 500 meter dari bibir pantai," ujarnya.

Selain itu, pencahayaan dan tata letak suatu acara perlu diperhatikan. Izin mendirikan hotel dan bangunan di daerah yang dengan pantai juga harus dipertimbangkan.

"Itu kan kejadiannya malam. Nah terus panggungnya itu kan latarnya pantai, penonton memang nonton band menghadap pantai. Nah tapi kan lampu tidak menyorot ke pantai, jadinya gelap. Sehingga tidak kelihatan kalau ada tsunami," ujarnya.

Pemerintah daerah juga harus membangun jalur evakuasi serta gedung bertingkat yang besar di dataran tinggi. Diharapkan, gedung ini mampu untuk mengevakuasi warga. Selain itu, skenario terburuk ini merupakan cara BMKG untuk mengingatkan agar tidak ada lagi permukiman padat yang berada di dekat pantai yang berada di dataran rendah.

"Jangan sampai di situ ada permukiman padat penduduk, selain susah untuk evakuasi, mereka juga berpotensi terkena tsunami. Jadi saya harap pemerintah bisa menyiapkan sarana dan prasarana evakuasi dengan matang," ujarnya.

Sementara pakar tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko mengatakan berdasarkan katalog Wichman, potensi gempa besar dan tsunami terjadi berdasarkan pengulangan 400-500 tahun di zona subduksi selatan Jawa.

"Perlu diingat, gempa bumi dan tsunami ini merupakan siklus, jadi mereka yang tinggal di pesisir harus siap dan berhati-hati," ujarnya.

Gempa megathrust yang berpotensi menimbulkan tsunami setinggi 20 meter juga bisa terjadi kapan saja. Meski begitu, tinggi tsunami bisa bervariasi baik itu di Jawa Barat, Jawa Timur dan Sumatera.

"Terlebih gempa yang berpotensi menghadirkan tsunami ini belum memiliki alat sebagai pendeteksi. Karenanya masyarakat yang tinggal di daerah pesisir, harus waspada," ungkapnya. (gw/zul/fin)

Tags :
Kategori :

Terkait