322 ribu penderita di Indonesia diprediksi akan terinfeksi positif Covid-19. Persebaran infeksi virus asal Kota Wuhan, China itu diperkirakan akan berakhir pertengahan Februari 2021 mendatamng.
Analisa itu disampaikan Guru Besar Statistika Universitas Gadjah Mada (UGM) Dedi Rosadi seperti yang dilansir dari antara. “Akhir pandemi sangat bergantung pada upaya pemerintah dalam mengendalikan laju persebaran penyakit Covid-19 ini,” kata Dedi Rosadi.
Berdasar pelacakan data terakhir dan menggunakan berbagai pendekatan pemodelan data-driven (berbasis pergerakan data), terdapat kenaikan nilai proyeksi kasus positif pada akhir pandemi yang cukup signifikan dibanding rilis terakhir pada akhir Juli 2020.
Prediksi paling optimistis, diperoleh dengan menggunakan model hybrid kompartemen SIR-Regresi-runtun-waktu. Diperkirakan, pandemi akan berakhir pada pertengahan Februari 2021 dengan total kasus positif minimal 322 ribu penderita.
Yang cukup mengejutkan adalah saat menggunakan model Probabilistic Data Driven Model (PDDM) Covid-19 Indonesia. Model yang disusun Dedi Rosadi bersama Alumni FMIPA UGM Joko Kristadi dan Fidelis Diponegoro itu angkanya jauh lebih fantastis.
Di mana puncak pandemi terjadi pada November sampai awal Desember 2020. Sementara akhir pandemi diperkirakan pada akhir Mei 2021 dengan estimasi total kasus positif sekitar 700 ribu penderita.
Sedangkan dengan tim lain, Dedi Rosadi melakukan kajian dengan pendekatan model kurva Richard dan kurva pertumbuhan logistik. Hasilnya, menunjukkan proyeksi akhir pandemi antara April 2021 sampai dengan awal 2022.
Dengan kisaran prediksi total penderita yang sangat mirip dengan hasil model SIR-Regresi dan PDDM. Menurut Dia, dari pantauan kurva insidensi harian penderita terlihat bahwa penambahan jumlah pasien harian belum mencapai puncaknya sampai sekarang.
Sedangkan angka penularan saat ini (Rt) masih di atas 1 yakni bernilai 1,07 pada 23 September. Namun demikian dengan model SIR-Regresi-runtun-waktu dapat disimpulkan terjadi sedikit peningkatan laju infeksi persebaran penyakit yang dibarengi dengan peningkatan yang cukup tinggi terhadap laju kesembuhan pasien.
Berdasar prediksi tersebut, menurutnya, perlu dilakukan pengendalian persebaran Covid-19 secara optimal. Yakni menggencarkan 3T yakni tracing, testing, dan treatment di episentrum utama Indonesia.
Yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, dan Sulawesi Selatan. Demikian pula di provinsi lain, perlu juga dilakukan pengendalian persebaran secara lebih optimal dengan lebih menggencarkan gerakan 3T.
“Secara nasional dalam jangka waktu dekat juga penting untuk dipantau secara seksama kemungkinan kemunculan klaster Pilkada yang muncul karena mobilitas penduduk mendukung proses kegiatan ini baik sebelum hari H maupun pada hari H kegiatan Pilkada,” ujar Dedi.
Selain itu, perlu meningkatkan kewaspadaan penularan lokal di beberapa wilayah provinsi atau kabupaten yang menjadi episentrum persebaran Covid-19. Hal itu penting dilakukan mengingat angka perhitungan Rt (angka reproduksi/angka penularan) Covid-19 Indonesia dalam beberapa hari terakhir masih di sekitar 1,07.
Dedi mengatakan penurunan laju penularan dapat dilakukan secara optimal dengan berbagai upaya.
Utamanya dengan pendisiplinan masyarakat dalam mentaati protokol kesehatan khususnya penggunaan masker dan menjaga jarak, pengaturan mobilitas penduduk secara lebih berhati hati dan pemberian vaksin masal.