Surat orang terkaya di Indonesia yang juga bos Djarum tentang penolakan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dikomentari beragam. Di antaranya oleh Mantan Sekretaris BUMN, Said Didu.
Melalui akun Twitter pribadinya, Said Didu mengumumkan berhenti merokok Djarum Super. Keputusan itu sebagai reaksi Said Didu terhadap Robert Budi Hartono yang menolak penerapan PSBB secara ketat di DKI Jakarta.
Melalui akun Twitter pribadinya @msaid_didu, Said Didu juga membagikan foto bungkusan rokok Djarum Super yang dibuangnya ke tong sampah. Said Didu mengaku sudah 35 tahun menikmati rokok Djarum Super.
Namun dia harus berhenti mengisap rokok tersebut, demi duka cita para korban Covid-19.
“PENGUMUMAN: Demi duka cita saya para korban Covid-19, atas protes pemilik Jarum terhadap kebijakan selamatkan nyawa rakyat Indonesia, setelah 35 tahun saya merokok DJARUM SUPER, saat ini saya nyatakan BERHENTI merokok DJARUM SUPER. Selamat tinggal,” kata Said Didu.
Sebelumnya, bos Djarum Robert Budi Hartono menyurati Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait rencana Gubernur DKI Anies Baswedan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ketat lagi mulai Senin (14/9).
Surat bertanggal 11 September 2020 itu berisi pandangan orang terkaya Indonesia itu tentang rencana Anies kembali menerapkan PSBB ketat. “Menurut kami, keputusan untuk memberlakukan PSBB kembali itu tidak tepat,” tulis Budi dalam suratnya.
Lebih lanjut pengusaha kelahiran 28 April 1940 itu juga memaparkan argumennya. Budi menganggap PSBB di DKI terbukti tak efektif dalam menurunkan pertumbuhan angka infeksi.
“Meskipun Pemerintah DKI Jakarta telah melakukan PSBB tingkat pertumbuhan infeksi masih naik,” tambah pemilik Bank Central Asia (BCA) tersebut.
Selain itu, Budi menyebut rumah sakit di DKI Jakarta tetap akan mencapai kapasitas maksimal dengan atau tanpa PSBB. (pojoksatu/zul)