Buntut Demo Akibat Ledakan di Ibu Kota, Pemerintahan Lebanon Bubar

Rabu 12-08-2020,05:00 WIB

Seluruh jajaran pemerintahan negara Lebanon mengundurkan diri di tengah aksi demonstrasi dan kemarahan rakyat yang dipicu oleh ledakan di Ibu Kota Beirut pekan lalu.

Pengumuman itu disampaikan langsung oleh Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab dalam pidato nasional yang disiarkan televisi pada Senin malam (10/8) waktu setempat.

Diab mengatakan, bahwa dirinya mendukung orang-orang yang menuntut pertanggung jawaban atas “kejahatan” yang menyebabkan ledakan Beirut. Menurutnya, insiden itu terjadi akibat korupsi yang mengakar di Lebanon.

"Saya pikir saya bisa memperbaiki (korupsi) ini, tetapi itu lebih besar dari negara dan sistemik. Oleh karena itu, saya umumkan pengunduran diri pemerintah ini," demikian disampaikan Diab dalam pidatonya, sebagaimana dilansir RT.

Sebelum Diab, Menteri Kehakiman Lebanon Marie-Claude Najm telah mengundurkan diri. Begitu juga dengan Damianos Kattar yang mundur dari jabatan menteri lingkunan hidup. Menteri Informatika Lebanon, Manal Abdel Samad juga mundur.

"Para menteri telah melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh karena mereka peduli dengan negara," ujarnya.

Diab menuduh lawan politiknya menggunakan bencana itu "untuk mencetak poin politik" dan untuk "menghancurkan apa yang tersisa dari negara".

Diab secara resmi mengajukan pengunduran dirinya kepada Presiden Michel Aoun sekira satu jam setelah pidatonya. Akan tetapi, Aoun meminta Diab dan sejumlah menteri lainnya yang terlebih dahulu mengundurkan diri tetap dalam struktur pemerintahan dengan status pelaksana tugas (plt) sampai struktur pemerintahan baru terpilih.

Sebelumnya Diab telah menyerukan pemilihan parlemen lebih awal dan beberapa menteri sudah mengajukan pengunduran diri mereka. Namun, karena protes semakin meningkat selama akhir pekan, menjadi jelas bahwa pemerintah perlu segera mengambil tindakan untuk meredam kemarahan publik.

Pemerintahan Diab hanya berjalan selama 8 bulan sejak resmi diangkat sebagai PM Lebanon pada Januari lalu menggantikan Saad Hariri.

Hariri terpaksa meninggalkan jabatannya sebagai Perdana Menteri Lebanon setelah mendapat tekanan dari demonstran menganggap pemerintahannya yang didukung Hizbullah gagal menjalankan agenda reformasi ekonomi dan politik.

Dapat disampaikan, bahwa insiden ledakan dahsyat yang disebabkan oleh 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan secara tidak aman di pelabuhan selama bertahun-tahun itu telah memicu unjuk rasa anti pemerintah di Lebanon.

Pengunjuk rasa, yang menuding korupsi dan kelalaian pemerintah sebagai penyebab ledakan, turun ke jalan dan bentrok dengan polisi selama tiga hari berturut-turut.

Pada Minggu malam (9/8/2020), pengunjuk rasa merobohkan barikade di dekat gedung parlemen, melemparkan proyektil dan menyalakan api. Pasukan keamanan membalas dengan tembakan gas air mata dan peluru karet.

Protes berlanjut pada Senin malam ketika Diab membuat pengumumannya, dengan bentrokan antara demonstran dan polisi anti huru hara. (der/zul/fin)

Tags :
Kategori :

Terkait