Adakalanya bayi menangis tanpa henti. Jangan panik, karena itu umum terjadi. Tangisan ini berbeda ketika ia digigit serangga atau sedang lapar.
Spesialis Anak Siloam Hospitals Makassar, Dr dr Bob Wahyudin, SpAK, CIMI mengatakan, menangis berkepanjangan pada bayi dikenal dengan istilah purple crying. Hal ini bukanlah suatu hal yang mengkhawatirkan, meski hingga saat ini belum diketahui pasti penyebabnya.
Purple crying ditandai dengan menangis cukup lama. Fase ini puncaknya sekitar dua bulan dan kemudian membaik pada empat bulan. Selain itu, menangis juga mendadak sehingga tidak diketahui waktu tepat kapan menangis.
Penamaan purple crying sebetulnya merupakan bagian dari istilah. Semua berangkat dari kata purple, di mana P itu adalah puncak tangisan. Artinya si kecil mungkin menangis lebih sering dan puncaknya saat berusia dua bulan.
Lalu untuk huruf U berarti unexpected atau yang tak bisa diperkirakan atau diketahui. Sementara R berarti resistent atau tak mempan saat ditenangkan, biasanya berhubungan dengan rasa tak nyaman.
Untuk P-nya lagi, mengacu pada pain, yang biasanya saat si kecil sedang sakit, flu, batuk, dan pilek, disertai demam.
kemudian L, untuk long yang berarti lama. “Tangisan bisa dalam waktu 30 menit sampai satu jam,” ujarnya, Minggu, 26 Juli. Sementara huruf E, evening atau malam, karena biasanya terjadi pada malam hari.
Tangisan pada kondisi purple crying kata dokter Bob, sangat mudah dibedakan dengan ketika bayi tergigit serangga atau lagi lapar. Bayi yang alami purple crying lebih dominan menangis berkepanjangan pada malam hari.
Sementara bayi digigit serangga biasanya kelihatan memerah. Sedang pada kondisi lapar, bayi akan menangis di jam-jam tertentu, pada waktu yang sering diberikan makanan.
Hal senada disampaikan, Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial, Dr dr Martira Maddeppungeng SpA(K). Ia mempertegas, kondisi itu mengacu pada tahap perkembangan normal. Biasanya terjadi pada beberapa minggu atau bulan pertama kehidupan bayi.
“Jadi yang perlu dietahui, tidak selalu berarti bahwa ada sesuatu yang salah dengan bayi karena masih normal dalam perkembangan bayi,” ucapnya. (sal/zul)