Indonesia diyakini mampu melewati krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19. Hal ini tercermin dari beberapa aspek, termasuk peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga lima kali lipat menjadi 1,1 triliun Dolar AS, dan peningkatan cadangan devisa sekitar tujuh kali lipat menjadi 129 miliar Dolar AS.
Selain itu, Indonesia sudah belajar dari kondisi serupa pada 1998. Meski krisis saat ini lebih berat dibanding 1998, namun Indonesia diyakini bisa bertahan goncangan hebat ekonomi saat ini.
Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia Paulus Sutisna mengatakan, bahwa perbedaan yang paling berarti terasa dari segi kestabilan politik. "Berbeda dengan situasi politik tahun 1998 yang sangat tidak stabil, kondisi saat ini jauh lebih stabil di mana Presiden Jokowi memasuki periode kedua. Selain itu, pemerintahan Jokowi juga mengeluarkan berbagai kebijakan stimulus yang ditargetkan untuk mengurangi kemiskinan," kata dia dalam keterangannya, kemarin (15/7).
Lanjut dia, kendati ekonomi Indonesia mengalami krisis akibat Covid-19, Bank DBS Indonesia melihat potensi ekonomi digital mampu mendorong pemulihan ekonomi nasional.
Sebagai salah satu negara dengan partisipasi media sosial tertinggi, Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi digital yang pesat selama satu dekade terakhir, di mana Indonesia sudah memiliki enam unicorn yaitu Gojek, Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, OVO, dan JD.ID.
Ditambah dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di tengah pandemi yang diterapkan pemerintah, sektor logistik merasakan dampak positif, mengingat masyarakat cenderung menghabiskan pengeluaran di e-commerce untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Di sisi lain, dia memperkirakan, pemulihan infrastruktur kesehatan Indonesia akan membutuhkan waktu lebih lama dibanding negara-negara ASEAN lainnya dengan infrastruktur kesehatan yang lebih kuat dan solid. Beberapa studi memperkirakan kondisi kesehatan Indonesia dapat pulih pada bulan September hingga Oktober 2020.
“Tidak seperti kondisi kesehatan, perekonomian Indonesia justru diperkirakan akan pulih lebih cepat. Hal tersebut memungkinkan karena Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki permintaan domestik yang kuat,” tuturnya Paulus.
Sementara itu, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan, untuk menahan penurunan ekonomi nasional adalah dengan cara menjaga konsumsi rumah tangga dan sektor riil.
"Sesuai dengan UUD 45 dengan pasal 27 dan 28, masyarakat yang benar-benar rentan terhadap gejolak ekonomi, maka skema-skema perlindungan sosial harus dipastikan efektif," katanya.
Dia menambahkan, pemerintah juga harus memperhatikan sektor riil. Pasalnya, 99 persen berada di sektor riil yakni UMKM. "Sektor UMKM ini yang paling dominan untuk menyelamatkan ekonomi kita akibat pandemi Covid-19," pungkasnya. (din/zul/fin)