Sektor pertanian di wilayah Jawa Timur (Jatim) dianggap paling aman dari dampak pandemi virus corona saat ini. Untuk itu, pemerintah kini terus mengupayakan percepatan penanaman padi di Jatim menjelang musim kemarau basah.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur Hadi Sulistyo mengatakan, gerakan percepatan penanaman padi ini, diawali dari 6 daerah penghasil beras terbanyak di Jatim.
"Diawali dari Jember, Ngawi, Nganjuk, Bojonegoro, dan Tuban. Nantinya kabupaten/kota yang lain mengikuti. Termasuk sudah ada tambahan Kabupaten Sumenep yang juga sudah menjalankan percepatan tanam padi,” ujar Hadi, seperti dikutip dari siaran persnya, Sabtu (11/7) kemarin.
Hadi menjelaskan musim kemarau tahun ini merupakan musim kemarau basah. Sehingga pada bulan Juli masih ada sisa hujan yang bisa ditampung untuk tanaman padi. Tapi kemarau basah ini juga ada dampak minusnya, yaitu masalah hama penyakit, terutama wereng dan tikus.
“Kami sudah menyediakan obat untuk hama tersebut yang siap dikirim ke setiap kabupaten/kota. Jika sewaktu-waktu butuh obat, kami siap mensuplai. Daerah harus mengajukan terlebih dahulu, tapi kalau kabupaten/kota bisa menyelesaikan sendiri ya sudah,” katanya.
Terkait dampak pandemi Covid-19 terhadap sektor pertanian, Hadi mengatakan meski ada dampaknya namun tidak terlalu besar. Menurutnya, pertanian merupakan sektor yang paling aman dari dampak Pandemi Covid-19.
“Untuk distribusi hasil pertanian, sudah berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta gugus tugas agar hasil pertanian bisa terjual dan tidak memberatkan petani. Kita juga sudah melakukan pemetaan ketersediaan stok pangan. Jangan sampai ada kendala karena Jatim ini andalan Indonesia. Produksi padi kita selalu surplus,” terangnya.
Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menyatakan Gerakan Percepatan Tanam pada April-September 2020 ini dilaksanakan di 8 wilayah andalan, 9 wilayah utama dan 16 wilayah pengembangan. Kementerian Pertanian (Kementan) memberikan bantuan benih, alat mesin pertanian, asuransi pertanian dan pendampingan agar percepatan tanam sukses dan memberikan hasil yang tinggi.
"Ini saatnya setiap wilayah membuktikan komitmennya. Komitmen untuk memberikan kontribusi bagi masyarakat, maka dari itu gerakan percepatan tanam menjadi yang utama," jelasnya.
Suwandi menjelaskan sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, percepatan tanam padi sudah dilakukan sejak awal bulan ini. Jajaran di Kementan langsung turun ke lapangan memastikan semua wilayah satu suara melakukan perceparan tanam.
Pada MT II target tanam seluas 5,6 juta hektare. Dari situ nantinya bulan juli sampai desember akan ada 12,5 - 15 juta ton beras. "Luas panen Januari Juni 5,83 juta hektar dengan produksi 29,31 juta ton gabah kering giling," sebutnya.
Diketahui, Jatim merupakan salah satu wilayah berstatus lumbung pangan nasional. Saat ini memiliki luas panen pada semester I 2020 seluas 1.120.153 hektare (ha).
Sedangkan untuk produksi padi pada semester I ini diperkirakan mencapai 6.185.310 ton gabah kering giling (GKG) atau setara dengan 4.066.348 ton beras. Potensi konsumsi Jatim diperkirakan mencapai 2.133.143 ton beras. Sehingga pada Semester I 2020 ini surplus beras Jatim mencapai 1.933.205 ton beras.
Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengaku sudah menyusun langkah-langkah antisipasi dampak wabah pandemi Covid 19 selama dua tahun ke depan.
"Mengurusi pertanian bukan hanya menghadapi cuaca saja, tetapi banyak persoalan-persoalan yang muncul. Untuk itu program kita sudah harus siap," kata Mentan saat menghadiri Focus Group Discussion (FGD) bersama Komisi IV DPR RI di Jakarta, Jumat (10/7).