Sejak pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan pemberlakuan new normal berangsur-angsur perekonomian nasional menunjukkan sinyal penguatan.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani melihat pada Juni kemarin roda ekonomi domestik sudah mulai bergerak lincah. Karenanya, ia berharap pada Juli ini hingga September akselerasi pemulihan ekonomi makin menguat hingga akhir tahun 2020.
"Kita melihat ada tanda-tanda yang kelihatannya cukup membuat kita bisa berharap. Iya, ada suatu tren pembalikan pada bulan Juni," katanya dalam video daring, kemarin (6/7).
Ditambah lagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemarin mendorong para menterinya untuk mempercepat realisasi anggaran di Kementerian/Lembaga (K/L) masing-masing. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 masyarakat sangat membutuhkan bantuan sosial (bansos) pemerintah.
Lanjut bendahara negara ini, terutama kepada para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang paling terdampak banyak yang gulung tikar saat pandemi Covid-19.
"besok kami akan kredit modal kerja untuk UMKM, penempatan dana pemerintah di perbankan, maupun dari belanja-belanja pemerintah yang melalui kementerian, lembaga dan daerah," ungkapnya.
Kendati demikian, proyeksi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di kuartal II/2020 masih tetap sama, yakni minus 3,8 persen. "Karenanya kami berharap di kuartal III/2020 bisa terjadi pembalikan atau terjadi akselerasi ekonomi," katanya.
Terpisah, ekonom senior dari Universitas Perbanas sekaligus Direktur CORE Indonesia Piter Abdullah memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II dan III masih negatif. Sebab pandemi Covid-19 masih berkepanjangan di Indonesia.
"Selama masih ada pandemi Covid-19, maka konsumsi akan sulit tumbuh. Kondisi ini membuat konsumsi rumah tangga menjadi terbatas pada barang-barang primer," ujarnya.
Piter menambahkan, masyarakat masih akan menahan diri untuk membeli barang-barang sekunder terutama barang mewah. Ini karena kekhawatirkan pandemi belum berakhir. Sementara konsumsi makanan dan farmasi masih terbatas.
"(Konsumsi makanan dan farmasi) tidak cukup menutup penurunan konsumsi barang sekunder dan barang mewah," ucapnya.
Melihat pandemi Covid-19 yang belum ada tanda-tanda akan berakhir, maka ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II akan tumbuh negatif cukup besar, di kisaran minus 2-5 persen. Artinya, terjadi penurunan konsumsi, investasi, dan ekspor. (din/zul/fin)