Jatim memang lagi punya gubernur dan wali kota yang sama-sama wanitanya. Hanya beda partainya.
Baru sekitar dua menit Bu Risma mengungkapkan kejengkelannyi ke RS dr. Soetomo, dia berdiri lagi. Maju ke depan lagi. Sujud lagi. Ndelosor lagi. Untuk yang kedua kalinya.
IDI Surabaya pun mengusulkan terobosan. Rapat setuju. Tinggal menunggu persetujuan. Juga menunggu anggaran.
Usul Dokter Brahmana adalah: agar setiap Puskesmas di Surabaya disediakan alat pengukur oksigen. Banyak pasien yang tidak ada gejala Covid-19 tapi kekurangan oksigen.
Menurut Brahmana, pasien yang oksigennya sudah merosot harus segera dibawa ke rumah sakit.
Itu bisa mengurangi risiko kematian. Juga bisa mengurangi beban rumah sakit.
”Alatnya murah kok. Hanya kisaran ratusan ribu rupiah,” ujar dr. Brahmana.
Alat itu disebut ”pulse oximeter fingertip”, alat pengukur kadar oksigen.
Begitulah. Semoga drama Senin lalu itu yang terakhir kali.
Saya pun harus meralat tulisan DI’s Way kemarin. Yang menyimpulkan bahwa berita terbesar minggu ini adalah marah besarnya Presiden Jokowi.
Ternyata di kampung saya sendiri ada berita yang lebih besar lagi. Gajah di pelupuk memang bisa membuat mata tertutup. (*)