Kedatangan ratusan tenaga kerja asing (TKA) asal China memicu polemik di Tanah Air. Padahal, keberadaan mereka yang dipersiapkan untuk bekerja di smelter nikel di Kawasan Konawe, justru dilakukan untuk membuka lapangan kerja baru bagi pekerja Tanah Air.
Penegasan itu diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) merespons polemik TKA asal China tersebut. Luhut menegaskan sudah berkoordinasi dengan Menteri Ketenagakerjaan RI, Ida Fauziyah untuk menyiapkan regulasi bagi para tenaga kerja Indonesia dan TKA pada pembangunan smelter di Timur Indonesia tersebut.
"Kita koordinasi, tidak ada aturan yang kita langgar, kita kan pengin punya legacy juga. Jadi kita enggak mungkinlah menjual republik ini, apalagi ini untuk kebaikan generasi yang akan datang," ujar Luhut saat menjadi keynote speaker di acara webinar DPP PGK #3, Minggu malam (28/6).
Menko dua periode ini memprediksi pada tahun 2024 nanti, Indonesia akan menciptakan lapangan kerja lebih dari 250 ribu pada pembangunan smelter lithium dan nikel di Konawe Utara, Weda Bay, Morowali, Harita. "Dan kita akan ekspor karena itu tidak termasuk lithium battery itu kira-kira 30 atau lebih 35 miliar dolar. Itu angka yang sangat fantatis untuk industri yang bagus. Jadi kita punya itu. Tapi nanti kita mau atur juga jangan terlalu banyak smelternya, supaya cadangan kita tetap banyak," katanya.
Ia pun tak habis pikir dengan anggapan beberapa pihak terkait kedatangan TKA yang dinilai akan menghalangi tenaga kerja Indonesia untuk mencari nafkah. "Tenaga asing apa sih, wong dia datang untuk menciptakan lapangan kerja kok. Dia datang lima ratus orang dia ciptakan lapangan kerja untuk 5 ribu orang. Mungkin kawan-kawan enggak paham ya, saya suka sedih saja lihatnya," tutupnya. (rmol/zul)