Puluhan pelajar mulai dari jenjang SMP, SMA, SMK Negeri yang tinggal di Desa Tanjung Paku, Kecamatan Merlung Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjab Barat) harus lebih ekstra dalam kegiatan belajar mengajar sejak pandemi Covid19 beberapa bulan yang lalu.
Karena proses belajar mengajar tidak dilakukan dengan tatap muka dan diganti dengan sistem daring (online). Permasalahan timbul, karena di Desa Tanjung Paku adalah salah satu desa yang kawasannya terbatas signal internet dari provider telepon seluler.
Karena keterbatasan tersebut, seluruh siswa/siswi harus mencari signal internet ke bukit-bukit atau daerah tertinggi dalam mengerjakan tugas sekolah, terlebih saat ini adalah jadwal ujian akhir semester alias kenaikan kelas.
Kepala Desa Tanjung Paku, Marwanto tak menampik keadaan di desanya yang kesusahan signal internet. Selaku Kepala Desa dirinya pun prihatin dengan kondisi pelajar yang melakukan ujian sekolah di bukit-bukit tepatnya di RT 02 Desa Tanjung Paku.
‘‘Sejak zaman dahulu memang belum ada signal. Jadi sejak diterapkan ujian online karena jaringan tidak memadai para siswa siswi kesusahan dalam menjalani ujian online yang diterapkan. Kebanyakan dari mereka ujian di atas bukit,’‘ ujar Kades di Hubungi Kamis (18/6) kemarin.
Lebih sedih lagi, kata kades, pada saat ujian dari atas bukit beberapa hari lalu, hujan turun, sehingga para siswa terpaksa terpaksa turun dari bukit menuju kantor desa yang ada penguat signal internet. Para wali murid meminta izin untuk ujian di kantor desa. Sialnya, saat ujian berlangsung, listrik padam.
‘‘Saya turut prihatin juga pas waktu ujian, hari hujan lampu mati para siswa kelabakan. Terpaksa ada yang ke Merlung ke tempat saudaranya atau ke pasar karena di situ banyak tower-tower jaringan internet,’‘ kata Kades.
Diakuinya, di Desa Tanjung Paku ada sekitar 50-an pelajar siswa siswi yang sekolah, mulai dari SMP N 1, SMA N 4 Tanjabbar, SMK N 3 Tanjabbar.
‘‘Iya kita minta ada perhatian pemerintah. Kami juga sudah mengusulkan ke salah satu provider untuk menderikan tower di desa kami tapi sepertinya belum ditanggapi, agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi kedepannya, kasian para siswa,’’ katanya.
Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tanjab Barat, melalui Kasi SMP Evi Haryanto saat dikonfirmasi, menerangkan, jika berdasarkan surat edaran nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran Corona, yang berkaitan dengan ujian sekolah bahwa ujian tidak perlu dipaksakan jika tidak memungkinkan.
‘‘Di poin ke-3 bunyinya ujian sekolah untuk kelulusan dilaksanakan dengan ketentuan, ujian sekolah dapat dilakukan dalam bentuk portofolio nilai rapor dan prestasi yang diperoleh sebelumnya penugasan tes daring dan atau bentuk assessment jarak jauh lainnya. Kalau memang dia tidak siap tidak perlu dipaksakan,’‘ ungkapnya saat dibincangi di Disdikbud Kamis (18/6) kemarin.
Disamping itu, setiap minggunya sekolah melaporkan secara online ke dinas pendidikan. Karena ada 66 SMP yang ada di kabupaten Tanjab Barat tidak semuanya bisa belajar online.
‘‘Tidak juga semuanya daring, mungkin hanya separohnya yang bisa daring,’‘ tutupnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Merlung, Hartanta S.Pd, M. Pd dikonfirmasi mengatakan, pihaknya mengikuti arahan Dinas Pendidikan dalam menjalankan ujian akhir semester. ‘‘Karena ujian tidak boleh tatap muka. Apabila kesulitan boleh ujian susulan di sekolah,’‘ bebernya.
Dilanjutkannya, pada hari Kamis (18/6) ada siswa yang mengikuti ujian susulan di sekolah. Untuk saat ini di SMP N 1 Merlung 393 orang dari kelas 7, 8 dan 9.