Kasus Covid-19 Semakin Banyak, Pasar Berpotensi Jadi Klaster Baru

Jumat 12-06-2020,10:20 WIB

Pasar tradisional berpotensi menjadi klaster baru penyebaran COVID-19 di masa new normal atau normal baru. Sebab ratusan pedagang pasar dari berbagai daerah teridentifikasi positif virus corona baru tersebut. Bahkan puluhan diantaranya meninggal dunia.

Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Reynaldi Sarijowan mengatakan berdasarkan data yang diperolehnya pada Rabu (10/6) sedikitnya ada 439 pedagang di 89 pasar di berbagai daerah positif COVID-19. Sedangkan jumlah pedagang yang meninggal akibat COVID-19 mencapai 27 orang.

"Kami telah melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah di beberapa provinsi. Selain itu beberapa daerah telah menjalani rapid test atau swab di pasar. Tujuannya agar pasar tidak menjadi klaster baru penyebaran," ujarnya, Kamis (11/6).

Dilanjutkan Reynaldi, jumlah tersebut akan semakin bertambah. Sebab sejumlah daerah masih terus melakukan rapid test maupun swab.

Misalnya, lanjutnya, sebanyak 52 pedagang di beberapa pasar di Jakarta terkonfirmasi terpapar COVID-19. Data tersebut berdasarkan hasil uji usap (swab test) yang terakhir keluar pada Kamis 11 Juni pukul 10.00 WIB.

Uji usap tersebut dilakukan setelah sebelumnya mereka menjalani tes cepat (rapid test) dan dinyatakan reaktif COVID-19. "Data pedagang pasar terdampak COVID-19 di Jakarta 52 orang," ujarnya.

Pedagang yang terpapar virus dari Wuhan, China, ini diperoleh di lima lokasi pasar dari 19 pasar yang telah melaksanakan rapid test. Pasar-pasar tersebut di antaranya Pasar Perumnas Klender, Pasar Cijantung, dan Pasar Serdang. (lengkapnya lihat grafis)

Melihat kondisi demikian, Reynaldi meminta agar pemerintah memberi perhatian serius terutama kedisiplinan penerapan protokol kesehatan. Sebab pasar adalah sumber ekonomi dan sumber kebutuhan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia.

"Perhatian serius yang diharapkan dari pemerintah untuk menerapkan protokol kesehatan di pasar tersebut adalah dengan cara sosialisasi protokol kesehatan; imbauan kesadaran melaksanakan protokol kesehatan hingga penyediaan hand sanitizer dan penyemprotan disinfektan," katanya.

Dia yakin, jika penerapan protokol kesehatan di pasar berjalan baik, maka aktivitas jual beli akan tetap menjadi pilihan masyarakat tanpa harus takut adanya penyebaran COVID-19.

"Namun bila protokol kesehatan gagal diterapkan dan tingkat penyebaran COVID cukup tinggi di pasar, maka tidak menutup kemungkinan budaya belanja ke pasar tradisional akan bergeser dengan berbelanja menggunakan cara/sistem yang lain," katanya.

Reynaldi juga mengatakan pihaknya telah menyebar panduan singkat protokol bagi pengelola dan para pedagang yang mudah dipahami. Di antaranya pengturan ulang jarak lapak antar pedagang. Lalu, pengelola pasar melakukan tes suhu kepada pengunjung sebelum masuk pasar.

"Pengelola pasar atau pedagang juga harus mempersiapkan sekat plastik antarpedagang dan pembeli untuk keamanan bersama," katanya.

Dan yang paling penting, pedagang dan pembeli wajib memakai masker, sekaligus selalu menjaga jarak dengan pembeli minimal satu meter. Selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan setelah melakukan transaksi dan interaksi.

"Pengelola pasar juga harus mempersiapkan tempat pencuci tangan di masing-masing blok pasar sekaligus penyemprotan desinfektan," ujarnya.

Tags :
Kategori :

Terkait