Karena tingginya pergerakan masyarakat di bulan Ramadan serta Lebaran, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo langsung menginstruksikan agar dilakukan rapid test secara massal. Untuk menunjang hal tersebut, sampai saat ini Pemprov Jateng telah mendistribusikan 38.111 rapid test ke seluruh kabupaten/kota.
Ganjar mengatakan, rapid test itu bakal menyasar pusat-pusat keramaian yang kemungkinan jadi epicentrum baru, dan kemungkinan bisa jadi transmisi lokal.
"Beberapa bupati dan wali kota sudah melakukan. Seperti di Kota Semarang kemarin, di Pasar Kobong langsung menemukan 26, di dua masjid Semarang Barat menemukan tiga," kata Ganjar, Selasa (26/5).
pusat keramaian tersebut, Ganjar juga mengatakan jajarannya sampai saat ini terus melakukan penelusuran satu persatu orang dari daerah epicentrum. Umpama dari Jakarta, Bogor, Gowa dan Jawa Timur. Termasuk setelah outbreak terjadi di RS Kariadi, Salatiga, Purworejo dan di Kota Semarang.
"Kalau ini di-rapid test lebih banyak lagi kita akan tahu sebenarnya persebarannya di masyarakat seperti apa representasinya," tandasnya.
Sampai saat ini, 35 kabupaten/kota di seluruh Jawa Tengah telah menerima distribusi rapid test. Ganjar mengatakan, pendistribusian rapid test tersebut ditujukan ke dinas kesehatan kabupaten/kota dan rumah sakit rujukan Covid-19.
"Minggu kemarin sudah kita distribusikan beberapa peralatan bahkan ada inisiatif dari daerah melakukan rapid test sendiri," kata Ganjar.
Totalnya sampai saat ini sebanyak 38.111 rapid test telah terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama, jumlah rapid test yang terdistribusi sebanyak 27.011. Untuk dinas kesehatan kabupaten/kota sebanyak 24.641, sementara untuk rumah sakit sejumlah 2.370. Dari jumlah tersebut yang sudah dilakukan pemeriksaaan sebanyak 22.337, yang reaktif terdapat 809 orang, nonreaktif ada 21.528.
Sementara, untuk tahap kedua, yang didistribusikan ke 35 kab/kota sejumlah 11.100. Sampai saat ini sudah dilakukan pemeriksaan sebanyak 3.411. 94 di antaranya reaktif dan 3.317 nonreaktif. Saat ini rapid test yang tersisa sebanyak 12.363.
"Sekarang kita tinggal meminta tempat kerumunan di-rapid test, selain mereka yang pasti di-rapid test seperti pemudik, pekerja migran, di pasar, mall atau berasal dari daerah epicentrum Covid-19," kata Ganjar.
Ganjar menjelaskan, pelaksanaan rapid test secara masal tersebut sudah sangat mendesak untuk melihat perkembangan pasca-Ramadan dan
Lebaran kemarin. Terlebih dirinya mendapat laporan data dari Universitas Indonesia yang menyebutkan pergerakan masyarakat Jawa Tengah versi Google sangat tinggi.
"Itu gambaran seluruh Jawa Tengah karena basisnya adalah mobile phone yang dia (warga) pakai itu dipantau, seberapa pergerakannya karena kan GPS-nya kan hidup. Ternyata kita cukup tinggi. Artinya masih banyak yang keluyuran dan kerumunan. Jadi potensi penularan yang tinggi," kata Ganjar. (*/ima)