Benarkah Mitos Makan Jambu Biji Bisa Sebabkan Usus Buntu? Ini Penjelasan Medisnya

Benarkah Mitos Makan Jambu Biji Bisa Sebabkan Usus Buntu? Ini Penjelasan Medisnya

JAMBU - Dari berbagai penjelasan medis dan data ilmiah yang ada, makan buah jambu biji beserta bijinya tidak akan menyebabkan usus buntu.-ISTIMEWA/radartegal.com-

radartegal.com – Anggapan bahwa makan buah jambu biji, terutama jika tidak membuang bijinya, bisa menyebabkan usus buntu telah lama beredar di masyarakat. 

Namun, pandangan mitos ini tidak didukung oleh bukti ilmiah dan tergolong sebagai mitos kesehatan yang menyesatkan.

Secara medis, tidak ada bukti kuat yang menyatakan bahwa menelan biji jambu biji bisa menyebabkan radang usus buntu (apendisitis). 

Para dokter dan ahli gizi sepakat bahwa biji jambu biji tergolong aman untuk dikonsumsi, selama dalam jumlah wajar dan tidak berlebihan.

BACA JUGA: Sering Terjadi Kejadian Aneh? Ini Mitos Jalan Cadas Pangeran Sumedang

BACA JUGA: Pertanda Rezeki atau Musibah? Ini Mitos Kucing Lahiran di Dalam Rumah

Penjelasan Medis 

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks atau usus buntu, organ kecil berbentuk tabung yang menempel di bagian awal usus besar.

Menurut situs Mayo Clinic, penyebab utama apendisitis umumnya adalah penyumbatan oleh feses yang mengeras (fekalit), infeksi bakteri, atau kadang-kadang karena pertumbuhan jaringan abnormal seperti tumor.

Biji jambu biji, seperti juga biji pepaya atau semangka, memiliki ukuran kecil dan bentuk yang tidak tajam.

Di dalam saluran pencernaan, biji tersebut umumnya akan melewati lambung dan usus tanpa menimbulkan masalah. Bahkan sebagian besar biji bisa ikut keluar bersama feses tanpa sempat mengendap atau menyumbat saluran pencernaan.

BACA JUGA: Konon Dijaga Makhluk Gaib! Ini Mitos Curug Putri yang Masih Dipercaya Hingga Kini

BACA JUGA: 5 Mitos Air Terjun Benang Kelambu di Balik Keindahannya

Mitos vs Fakta

Mitos ini kemungkinan besar muncul karena ketakutan berlebihan terhadap “benda asing” di dalam tubuh. Namun, menurut hasil penelitian dalam World Journal of Emergency Surgery tahun 2016.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: