Bisa Sial 40 Hari? Berikut Fakta dan Mitos Menabrak Kucing

radartegal.com - Masyarakat Indonesia kerap kali dihadapkan pada beragam kepercayaan tradisional yang masih melekat kuat, salah satunya adalah mitos bahwa mitos menabrak kucing bisa membawa kesialan. 

Keyakinan mitos menabrak kucing ini menyebar luas secara turun-temurun, terutama di daerah pedesaan, dan bahkan tak jarang menimbulkan ketakutan tersendiri bagi para pengendara.

Namun, bagaimana pandangan Islam mengenai hal ini? Apakah benar mitos menabrak kucing bisa mendatangkan nasib buruk?

Berikut ini Radartegal.com akan membahas secara lengkap berdasarkan ajaran agama Islam dan sudut pandang etika, sekaligus membedah akar kepercayaan budaya yang melatarbelakanginya.

BACA JUGA: Mitos Mengambil Bunga Melati Pengantin, Benarkah Bawa Dampak Buruk?

BACA JUGA: Terungkap! Ini Arti Mitos Bekas Luka di Telunjuk Kiri, Pertanda Apa?

Fakta dan mitos menabrak kucing

Islam Menilai Perbuatan Berdasarkan Niat

Dalam Islam, prinsip niat menjadi landasan utama dalam penilaian suatu amal. Jika seseorang menabrak kucing secara tidak sengaja, maka perbuatan tersebut tidak termasuk ke dalam kategori dosa. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 5:

“Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 5)

Ayat ini secara jelas menegaskan bahwa Allah SWT tidak membebankan dosa atas kesalahan yang tidak disengaja.

Maka, jika seorang pengendara tidak sengaja menabrak seekor kucing di jalan, ia tidak akan dianggap berdosa selama tidak ada unsur kesengajaan atau kelalaian berat yang disengaja.

BACA JUGA: Fakta dan Mitos Larangan Keluar saat Maghrib, Ada Jin Berkeliaran?

BACA JUGA: Mitos Ibu Hamil Wajib Membawa Gunting saat Malam Hari di Jawa

Tidak Ada Konsep Kesialan dalam Islam

Kepercayaan bahwa menabrak kucing akan membawa sial bukan berasal dari ajaran Islam, melainkan berasal dari kepercayaan budaya yang bersifat turun-temurun.

Sumber: