Sejarah Masjid Agung Tegal Terangkum di Sini, Berikut Hasil Bedah Bukunya

Sejarah Masjid Agung Tegal Terangkum di Sini, Berikut Hasil Bedah Bukunya

Bedah buku sejarah Masjid Agung Tegal--

RADAR TEGAL - Sejarah Masjid Agung Tegal, tidak bisa lepas dari perjalanan penyebaran Islam di Kota Bahari. Karenanya, ada upaya untuk merangkum sejarah tersebut untuk bisa mengabadikannya.

Sejarah Masjid Agung Tegal itu, terangkum lengkap dalam sebuah buku yang telah dilaunching belum lama ini. Buku itu, juga telah dibedah di hadapan sejumlah pakar.

Dalam bedah buku sejarah Masjid Agung Tegal itu, menghadirkan sejumlah tokoh. Antara lain, Ketua Dewan Kesenian Kota (DKT) Yono Daryono, sejarawan Wijanarto, ulama KH Abu Chaer Annur (Ulama).

Selain itu, dalam bedah buku sejarah Masjid Agung Tegal juga menghadirkan para penulis buku tersebut. Yakni, H. Moh Suwarso, Firman Hadi, Ubaidillah, Makhsum Bustomi, Edy Yohana dengan moderator Surliali Andi Kustomo.

BACA JUGA:Misteri Sejarah dan Keunikan Masjid Agung Tegal, Saksi Bisu Perang Diponegoro yang Mengagumkan

Dalam penyampaiannya, Ketua DKT Yono Daryono mengatakan masjid merupakan inklusi sebagai ruang yang di bangun dari filosofi sejarah. Proses manajemen masjid adalah tentang sejarah Tegal itu.

"Teapi memang perlu ada kajian agar menjadi satu literasi yang literatur, yang lebih akademis dan lebih faktual. Kemudian bangunan-bangunan itu kan banyak perubahan dari dulu sampai sekarang, perubahannya sangat strategis sekali yang dipertahankan,"katanya.

Sejarawan Wijanarto mengatakan dengan hadirnya buku Masjid Agung Kota Tegal dalam Bingkai Sejarah merupakan upaya publikasi. Selain itu, diharapkan menyelamatkan sumber-sumber sejarah yang bisa menguatkan tentang bukti bukti historisnya.

"kami mengusulkan adanya ruang khusus untuk menyimpan benda benda itu. Secara artefak dan juga misalkan secara bukti bukti historis yang bisa menjadikan masyarakat tahu,"ujar Wijanarto.

BACA JUGA:Resmikan Pembangunan Masjid Agung Purwokerto, Ganjar: Arsitekturnya Bagus Banget

Wijanarto mengungkapkan proses revitalisasi, harus tetap mempertahankan nilai nilai arsitektur yang bernilai tinggi. Serta menjadi icon arsitekur masjid di Jawa khusunya Tegal.

"Kita melihat setiap revitalisasi selalu ada ruang yang hilang. Sehingga kita bisa melihat bangunan baru tapi kehilangan identitas sejarahnya. 

Karenanya, kata Wijanarto, yang perlu diperhatikan yakni, tentang pentingnya nilai filososfi. Mulai dari atap, ruang pelataran, ruang dalam dan sebagainya. 

"Ini yang perlu diperhatikan, adanya perlu kurasi untuk melihat kira-kira mana bagian yang penting dari identitas itu, ketika ada persoalan revilitasi bangunaan masjid,"tambah Wijanarto.

Sumber: