Tak Hanya Tolak Jembatan Jawa Bali, Laut Utara Bali Juga Simpan Fakta yang Menyeramkan dan Angker

Tak Hanya Tolak Jembatan Jawa Bali, Laut Utara Bali Juga Simpan Fakta yang Menyeramkan dan Angker

Perairan Laut Utara Bali terkenal mempunyai arus bawah yang kuat dan palung yang dalam, sehingga sangat membahayakan untuk aktivitas pelayaran. --

Mitos urban legend Laut Utara Bali

Dengan tenggelamnya KM Liberty 1 dan hilangnya KRI Nanggala 402, kembali memunculkan cerita rakyat dan mitos kisah mistis Laut Utara Bali. Cerita misteri itupun hingga kini masih menjadi urban legend.  

BACA JUGA:Keangkeran Fenomena Downwelling di Laut Utara Bali, Hampir 7 Bulan 2 Kapal Karam 61 Korban Meninggal

Laut Utara Bali memang dikenal sebagai batas pemisah antara Pulau Jawa dan Bali. Dalam cerita rakyat yang berkembang, disebutkan Pulau Jawa dengan Pulau Bali merupakan teritorial satu kesatuan dan tidak terpisah seperti saat ini. 

Dengan terpisahnya kedua pulau ini, maka di antara pemisahan itu disebut Selat Bali. Dalam cerita tersebut juga mengungkapkan daerah Selat Bali adalah tempat keramat, karena merupakan tatanan daerah tempat suci yaitu adanya Pura Segara Rupek.

Konon Pura Segara Rupek itu berada tepat di ujung hidung Pulau Bali, yang merupakan daerah teritorial Kabupaten Buleleng. Itulah sebabnya di daerah ini setiap tahun diadakan upacara dan upacara pakelem.

Upacara itu disebut dengan sarana banten dirgayusa bumi dan tawur gentuh pada Hari Suci Anggara (Selasa), Umanis, dan Wuku Uye. 

BACA JUGA:Cerita Sejarah Terputusnya Jawa dan Bali Tamat: Goresan Tongkat Siddhimantra Timbulkan Gempa dan Tsunami

Tinjauan akademis pendapat pakar 

Beberapa akademisi mengatakan Laut Utara Bali merupakan perairan transisi antara Paparan Sunda yang terkenal dangkal, dan Paparan Sahul yang dalam. Selain itu juga dasar laut yang turun curam atau palung.

Perairan Bali Utara juga merupakan bagian Palung Bali-Flores, karena palung itu menyambung dari Bali, Lombok, hingga Flores. Kedalaman Palung Bali diperkirakan sekitar 700-900 meter, Palung Lombok sampai 1,3 kilometer, dan semakin ke timur kian dalam palungnya. 

Sementara itu arus di Laut Utara Bali termasuk dalam perlintasan arus arlindo atau arus lintas Indonesia. Arus ini berasal dari Samudera Pasifik yang bergerak menuju Samudera Hindia. 

Arus Arlindo ini menghasilkan fenomena downwelling atau arus yang bergerak dari permukaan menuju ke dasar perairan, yang dapat sangat membahayakan. Utamanya bagi aktivitas penyelaman, termasuk kapal selam karena arus itu membawa apa pun ke bawah atau dasar perairan.

BACA JUGA:Ditolak Masyarakat Bali, Ini yang Akan Terjadi Jika Pulau Jawa dan Bali Dibangun Jembatan Penghubung

Demikian informasi tentang mitos keangkeran Laut Utara Bali, yang menyebabkan Kapal Selam KRI Nanggala 402 dan KM Liberty 1 hilang dan tenggelam. (*)

Sumber: