3 Mitos Dewi Durga di Jawa, Dewi yang Menyatu dengan Kebengisan Darah

3 Mitos Dewi Durga di Jawa, Dewi yang Menyatu dengan Kebengisan Darah

Dewi Durga di Jawa Telah Berubah Citranya Menjadi Durga yang Bengis--

RADAR TEGAL - Dewi Durga di Jawa seringkali dipuja oleh pengikut Tantra, terutama aliran Bhairawa. Ajaran tersebut berkembang pesat di bawah tokoh besar penyatu Nusantara, yakni Raja Kertanegara dari Singhasari.

Dewi Durga di Jawa dalam ajaran tersebut berbeda dengan sosok Durga Mahesasuramardini yang membasmi asura atau kejahatan. Ia mengalahkan musuh dengan menghisap darahnya, yang mana dianggap asusila bagi orang awam.

BACA JUGA:5 Mitos Arca Durga di Candi Prambanan, Konon Bikin Jodoh Dekat, Siapakah Sosoknya?

Usut punya usut, ternyata sosok bengis Dewi Durga di Jawa tersebut muncul pasca akhir Majapahit dan dikenal sebagai Durga Ranini atau Bathari Durga. Wujudnya bukanlah dewi cantik bak bidadari, melainkan menjadi raksesi yang demonis.

Pada kesempatan kali ini, radartegal.disway.id akan mengajak Anda untuk mengenal beberapa mitos yang terkenal di Indonesia, tepatnya di tanah Jawa. Melansir dari kanal youtube ASISI Channel berikut informasi mengenai 3 mitos Dewi Durga di Jawa.

BACA JUGA:3 Mitos Goa Selomangleng, Konon Tempat Pertapaan Sekaligus Pemakaman Terbuka

3 Mitos Dewi Durga di Jawa

1. Pemujaan darah di kuburan untuk Durga

Bagi penganut Tantra, kuburan adalah tempat paling suci karena merupakan pintu menuju alam keabadian sekaligus pelataran bagi tubuh untuk kembali menjadi unsur Panca Maha Butha menuju siklus selanjutnya.

Selain itu, orang Jawa Kuno percaya adanya triguna atau tiga sifat di dalam manusia. Sattwa atau tenang dan bijaksana, yang disimbolkan dengan warna putih.

Kedua, rajas atau dinamis dan bernafsu, disimbolkan dengan warna merah. Ketiga, tamas atau pasif dan bodoh, dilambangkan dengan warna hitam.

Untuk mencapai kesempurnaan, sifat tamas dan rajas harus dihilangkan. Ini disimbolkan dengan pertumpahan darah, yang sebenarnya berwarna merah dan hitam.

Oleh karena itu, Durga dipuja dengan upacara pertumpahan darah sebagaimana kisah purana mengenai shakti Dewa Siwa yang ketiga, yakni Dewi Kali, yang mengalahkan musuh dengan meminum darah mereka.

Dewi Kali pun akhirnya dianggap sebagai penjaga kuburan. Maka upacara pertumpahan darah ini menyebabkan Durga dan Kali saling bertumpang tindih, hingga akhirnya bagi pengikut Tantra menjadi berbaur. 

Sumber: youtube asisi channel