Candi Prambanan Pernah Ditelantarkan, Ditemukan Kembali 1733 Oleh CA Lons Asal Belanda, Begini Kisahnya

Candi Prambanan  Pernah Ditelantarkan, Ditemukan Kembali  1733 Oleh CA Lons  Asal  Belanda, Begini  Kisahnya

Kompleks candi Prambanan-Instagram@prambananpark-

RADARTEGAL.DISWAY.ID-Candi Prambanan yang didirikan pada abad ke- 9  Masehi atau sekitar tahun 850 M oleh Wangsa Sanjaya. Namun,tahun 930-an akibat letusan Gunung Merapi  kerajaan Medang pindah ke Jawa Timur membuat Candi Prambanan pernah diterlantarkan

Candi Prambanan pernah diterlantarkan setelah  ibukota kerajaan pindah ke Jawa Timur  kemungkinan karena perang saudara hingga peperangan. Sejak itu perlahan mulai terlantar dan tidak terawat mulai runtuh  apalagi gempa bumi abad ke-16 yang saat itu begitu  dahsyat  benar-benar runtuh.

Penemuan Kembali Tahun 1733 Oleh CA.Lons Asal Belanda

Sekian puluh tahun tertimbun tanah akibat letusan Gunung Merapi dan  gempa  bumi akhirnya ditemukan kembali pertama kali tahun 1733 Oleh CA.Lons asal Belanda. Candi ini menarik perhatian dunia  setelah Colin Mackenzie bawahan Sir Thomas Stamford Raffles  menemukannya lagi tetapi  tetap saja terlantar.

Arca  dan Relief Jadikan Hiasan Taman  Oleh Warga Belanda

 Memasuki tahun  1855 sejak keberadaan bangunan candi ditemukan Belanda cagar budaya ini mulai terusik Oleh tangan-tangann tidak bertanggung jawab di antaranya Jan Willem Ijzerman mulai memindahkan batu dari bilik tujuannya tidak diketahui  secara pasti.

Tidak lama kemudian Isaac Gronemen lebih parah  lagi bukan sekedar memindahkan batu candi saja. Isaac malah melakukan pembongkaran besar-besaran  kemudian menumpuk   sembarang sepanjang Sungai Opak 

Pembongkaran  candi  yang dilakukan Isaac memberi efek luar biasa semua batu candi disalahgunakan  oleh warga Belanda. Relief maupun arca dimanfaatkan sebagai hiasan taman kemudian  warga pribumi  justru menggunakan   batu candi untuk bahann bangunan dan pondasi rumah

  Tahun 1930-1942 pemugaran dan restorasi candi kembali dilakukan serius   oleh Van  Romondt  kemudian menjelang kemerdekaaan 1945. Kepemimpinan diserahkan kepada putra Indonesia pemugaran berlanjut tahun 1993 dan usaha pelestarian maupun perawatan terus dilakukan sampai kini .      

Penduduk Lokal  Tidak Ketahui Asal-usul Candi

Sejak telah  penemuan kembali dan restorasi pada bangunan candi  Prambanan sebetulnya penduduk sekitar candi sudah  mengetahui keberadaannya. Mereka tidak mengetahui  latarbelakang sejarah secara pastii siapa dan kerajaan apa yang membangun candi hingga muncul imajinasi atau  cerita legenda atau dongeng. Dongeng  lokal ciptaan masyarakat  menjelaskan asal-usul candi yang diwarnai kisah fantastis.

Tidak sedikit masyarakat setempat menambahkan cerita fantasi pada bangun candi seperti raja raksasa, makhluk halus jin  bangun candi hanya tempo  satu malam. Atau  kisah cerita putri yang    cantik dikutuk menjadi arca sampai   muncul mitos atau legenda candi Prambanan yang populer kisah Rara Jonggrang

Bangunan candi, arca hingga relief  yang terdapat dalam bangunan utama memberi pengaruh kuat pada  masyarakat. Bangunan   candi mampu mengilhami terciptanya dongeng rakyat Jawa yang Ide membuat cerita fantastis begitu kreatif.

Mampu melegenda sampai sekarang yang konon dongeng  tersebut sudah ada sejak abad ke-16 dan abad ke-17, Dongeng  terus bergulir dan diceritakan dari generasi ke generasi  berikutnya membuat cerita  rakyat makin hidup dan menarik.

Begitulah Candi Prambanan  dari terlantarkan karena ibukota  kerajaan pindah ke Jawa Timur hingga   runtuh lantaran gempa bumi   dan letusan Gunung Merapi. Sesudah penemuan kembali dan restorasi Candi Prambanan mampu menginspirasi masyarakat lokal menciptakan dongeng Rara Jonggrang sampai muncul cerita  kisah cerita putri yang    cantik dikutuk menjadi arca.

Kini, sejak tahun 1991 Candi Prambanan masuk Situs Warisan Dunia yang  dilidungi  oleh UNESCO.  Alasannya bangunan    candi mewakili karya jenius  kreatif manusia  lantaran bangunan, gaya  arsitektur atau tehnologi.  Mampu menggambarkan  tahapan penting dalam sejarah manusia sehingga sudah selayaknya  mendapat pengakuan  dari  UNESCO.*

 

Sumber: